Senin, 12 Maret 2012

pendidikan menurut al-ghozali dan ibnu khaldun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu sarana untuk mentranfer pengetahuan dari seorang pendidik (guru) kepada anak didik (siswa). Dalam proses penyampaian pengetahuan dan keterampilan tersebut terdapat berbagai aspek yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut, seperti guru, siswa, system, metode, sarana dan prasarana. Untuk mengetahui aspek-aspek tersebut maka perlu adanya bahan informasi yang membahas tentang aspek-aspek tersebut seperti pendapat para ahli tentang pendidikan.
      Disini kami mencoba untuk menguraikan pendapat Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang pendidikan islam. Agar kita memperoleh informasi tentang pendidikan yang nantinya akan memudahkan kita sebagai calon guru dalam menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa.


1.2  Masalah
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini penulis menetapkan masalah sebagai berikut:
  1. sejarah singkat hidup Al-Ghazali
  2. bagaimana pendapat Al-Ghazali tentang Pendidikan Islam?
  3. sejarah singkat hidup Ibnu Khaldun
  4. bagaimana pendapat Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam?

1.3  Tujuan
  1. Tujuan khusus pembuatan dan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Miftah Syarif selaku dosen pembimbing mata kuliah filsafat Pendidikan Islam.
  2. tujuan umum pembuatan dan penyusunan makalah ini adlah untuk menguraikan pendapat Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam.

1.4  Manfaat
Setelah membaca dan memahami makalah ini maka pembaca akan memperoleh manfaat, yaitu memahami dan mengetahui pendapat  Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam sehingga dapat dijadikan dasar dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas guru dalam menyampaikan materi kepada anak didik.











                                                                                           

BAB II
PEMBAHASAN


            Riwayat Singkat Hidup Al-Ghazali
      Imam al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 405 H. bertepatan dengan 1059 M. di Ghazaleh, suatu kota kecil yang terletak di Tus, wilayah Khurasan, Iran. Beliau wafat di Tabristan wilayah provinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H. bertepatan dengan 1 Desember tahun 1111 M.

            Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali

            Peran Pendidikan
      Al-ghazali termasuk ke dalam kelompok msufistik yang menaru perhatian yang besar terhadap pendididkan, karena pendidikan yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa.
Merurut H.M Arifin, bila dipandang dari segi filosofis, al-Ghazali adalah penganut paham Idealisme yang konsekwen terhadap agama sebagai dasar pandangannya. Dalam masalah pendidikan al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Hal ini disebabkan karena di sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua dan orang yang mendidiknya. Hati seorang anak itu  bersih, murni, laksana permata yang sangat berharga sederhana dan bersih dari gambaran apapun. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah SAW yang menegaskan “ setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tualah yangmenyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R Muslim).
      Sejalan dengan hadist itu, al-Ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasan hidup yng baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan pada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek. Pentingnya pendidikan ini didasarkan pada pengalaman hidup al-Ghazali sendiri, yaitu sebagai seorang  yang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai ilmu pengetahuan yang disebabkan karena pendidikan.

            Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan menurut al-Ghazali adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena itu tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan didi kepada Allah SWT, akan dapat menimbukan kedengkian, kebencian dan permusuhan.
      Rumusan tujuan pendidikan yang demikian itu sejalan d3ngan firman Allah dalam al-quan (Q.S. al-dzariat. 59) tentang tujuan penciptaan jin dan manusia. Yang artinya “ tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku”.
      Selain itu rumusan tersebut mencerminkan sikap zuhud Al-Ghazali terhadap dunia, merasa Qanaah (merasa cukup dengan yang ada) dan banyak memikirkan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia.

            Pendidik
Sejalan dngan pentingnya pendidikan mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di atas, al-Ghazali juga menjelaskan tentang cirri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan. Cirri-ciri tersebut adalah:
  1. guru harus mencintai muridnya seperti anak kandungnya sendiri.
  2. Guru jangan mengharapkan materi (imbalan) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW sedangkan upahnya terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
  3. Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuan dalam menutut ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau untuk mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  4. Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat. Yaitu ilmu yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
  5. Di hadapan muridnya, guru harus memberikan contoh yang baik, seperti berjiwa halus, lapang dada, murah hati dan berakhlak terpuji lainnya.
  6. Guru harus mengjarkan pelajaran yang sesuai dengan intelektual dan daya tangkap anak didiknya.
  7. Gur harus mengamalkan yang diajarkannya, kerena dia menjadi idola dimata anak muridnya.
  8. Gur harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya, sehingga disamping tidak akan salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab dan baik antara guru dengan anak didiknya.
  9. Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya, sehingga akal pikiran anak didiknya tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu.

            Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut.
  1. memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur.
  2. Merasa satu bangunan dengan murid yang lain sehingga merupakan bangunan yang saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang.
  3. Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran.
  4. Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat saja.

            Kurikulim
Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Kurikulum tersebut disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
      Pandangan al-Ghazali tentang kurikulum dapat dipahami dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang terlarang dan yang wajib dipelajari oleh anak didik menjadi tiga kelompok yaitu:
  1. ilmu yang tercela contoh sihir, ilmu nujum, ilmu perdukunan.
  2. ilmu yang terpuji contoh ilmu tauhid, ilmu agama
  3. ilmu yang terpuji pada taraf tertentu. Conth ilmu filsafat
dari ketiga kelompok ilmu tersebut, al-Ghazali membagi lagi dua kelompok dilihat dari segi kepentingannya, yaitu:
  1. ilmu wajib (fardlu) contoh ilmu agama,
  2. ilmu yang hokum mempelajarinya fardlu kifayah contoh kedokteran, ilmu hitung, tehnik, pertanian dan ilmu industri.
Sejalan dengan itu al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari disekolah. Yaitu:
  1. ilmu Al-qur’an dan ilmu agama seperti fiqh, hadist dan tafsir.
  2. sekumpulan bahasa, nahwu, mahrajd serta lafadz-lafadznya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
  3. ilmu-ilmu fardlu kifayah yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi dan juga ilmu polotik.
  4. ilmu kebudayaan seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.

            Riwayar Singkat Hidup Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun berasal dari keluarga politis, intelektual dan aristocrat. Dalam keluarga elit semacam inilah ia dilahirkan pada tanggal 7 Mei 1332 di Tunisi. Oleh ayahnya dia diberi nama Abdur Rahman. Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun.

            Konseb Pendidikan Ibnu Khaldun

            Pandangan Tentang Manusia Didik
Ibnu Khaldun melihat manusia tidak terlalu menekankan pada segi kepribadiannya, sebagaimana yang acapkali para filosof, baik islam maupun luar islam. Ia lebih melihat dalam hubunganya dan interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Ibnu Khaldun memandang manusia sebagai mahluk yang berbeda dengan maluk lainnya. Manusia, kata ibnu Khaldun adalah mahluk berfikir. Oleh karena itu ia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki mahluk lainnya. Lewat berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses yang semacam ini melahirkan peradaban.
      Pada bagian lain Ibnu Khaldun, berpendapat bahwa dalam proses belajar atau menunut ilmu pengetahuan, manusia disaming harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tapi juga bakat. Berhasilnya suatu keahlian dalam suatu bidang ilmu atau disiplin memerlukan pengajaran.

            Pandangan Tentang Ilmu
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pertumbuhan pendidikan dan ilmu dipengaruhi oleh peradaban. Hal ini dapat dilihat pada Negara Qairawan dan Portugal yang keduanya berperadaban Andalus dan luas pula problematikanya atau heterogen. Hal ini berbeda dengan apa yang diduga oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa peradaban ini bersumber pada perbedaan hakikat kemanusiaan sebagaimana telah tersebut di atas.
      Berkenaan dengan ilmu pengetahuan, Ibnu Khaldun membaginya menjadi tiga macam yaiut:
  1. ilmu lisan atau bahasa contoh tatabahasa (gramatika), syair
  2. ilmu naqli contoh ilmu tafsir, ilmu fiqh
  3. ilmu Aqli contoh ilmu mantig (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu tehnik, ilmu hitung, ilmu tingkah laku juga termasuk ilmu sihir dan ilmu nujum (perbintangan)
Di antara ilmu tersebut ada yang harus diajarkan kepada anak didik yaitu:
  1. ilmu syari’ah
  2. ilmu filsafat contoh ilmu alam, ilmu ketuhanan.
  3. ilmu alat yang membantu ilmu agama contoh ilmu bahasa, gramatika
  4. ilmu alat yang membantu ilmu falsafah contoh mantiq.

            Metode Pengjaran
Dalam hubungan mengajarkan ilmu kepada anak didik, Ibnu Khaldun menganjurkan agar para guru mengajarkan ilmu pengetahuan pada anak didik dengan metode yang baik dan mengetahui faedah yang dipergunakannya dan seterusnya. Sejalan dengan pemikirannya itu Ibnu Khaldun menganjurkan agar pendidik bersifat sopan dan halus pada muridnya. Hal ini termasuk juga sikap orang tua sebagai pendidik yang utama.

            Spesialisasi
Menurut Ibnu Khaldun, orang yang mendapat keahlian dalam suatu pertukangan jarang sekali yang ahli dalam pertukangan lainnya, misalnya tukang jahit. Hal ini disebabkan karena sekali seseorang telah menjadi ahli dalam menjahit hingga keahliannya itu hingga tertanam berurat-berakar dalam jiwanya, maka setelah itu dia tidak akan ahli dalam pertukangan kayu dan batu kecuali apabila keahlian yang pertama itu belum tertanam dengan kuat dan belum memberi corak terhadap pemikiranya.















BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Konsep pendidikan al-Ghazali tersebut merupakan konsep pendidikan aplikasi dan response dari jawabannya terhadap permasalahan social kemasyarakatan yang dihadapinya disat itu. Konsep tersebut jika diaplikasikan dimasa sekarang nampak sebagiannya masih ada yang sesuai dan sebagian lainnya yang ada perlu disempurnakan. Itulah watak hasil pemikiran manusia yang selalu menuntut penyemputnaan.
            Ibnu Khaldun adalah tokoh yang menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan. Konsep pendidikan yang dikemukakan tampak sangat dipengaruhi oleh pandangannya terhadap manusia sebagai mahluk yang harus didik, dalam rangka menjalankan fungsi sosialnya di tengah-tengah masyarakat pendidikan adalah alat untuk membantu sseorang agar tetap hidup bermasyarakat dengan baik.

3.2 SARAN
Dari uraian diatas dapat diberikan saran kepada para guru atau calon guru untuk menguasai dan memeahami masalah-masalah yang ada dalam  pendidikan agar  proses pendidikan dapat merjalan dengan baik sesuai yang diharapkan.

http://mizaneducation.blogspot.com/


EmoticonEmoticon