Kamis, 23 Maret 2017

“ Setengah Gelas Kopi”

oleh: Kang Mizan
Pagi itu matahari cukup cerah, sekitar pukul 09:30 wib aku terbangun dari tidurkan karena sorotan matahari masuk pas di mukaku lewat jendela kamar kos kosan. Lagi-lagi aku bangun kesiangan, maklum sebagai mahasiswa yang memiliki cita-cita merdeka secara Illahiyah aku sering kali bergadang bersama teman-temanku seorganisasi. Walaupun terkadang  hanya satu gelas kopi di bagi-bagi namun bagiku itu sangat berarti, maklum anak kos kosan jauh dari orang tua. sesekali aku bersama teman-temanku bedah pemikiran Cak Nun dan Kawan-kawan. 

Udara cukup segar pagi itu, walau sudah terkontaminasi oleh debu-debu jalan yang diterbangkan angkot, bagi ku tetap aja segar. Semabari ku panjatkan do’a kepada Tuhan yang maha Esa, kuraih hape ku disamping bantal tidur yang selau setia menemani ku saben waktu. Kulihat banyak sekali call missed maksudnya panggilan tak terjawab hehe dan juga messege. Kulihat satu persatu. Ku baca sms dari Riko teman kelas ku kuliah “bro,.. tugas individualmu copy ya buat aku satu” maklum Riko ini mahasiswa yang paling malas buat tugas. Sms Riko tak kubalas, ku lanjut buka sms dari Reno, dia Kosma (kordinator mahasiswa di kelas) “teman-teman kita masuk hari ini jam 10:00 bersama bapak Rudi MID semester. Oh ternyata hari ini ujian MID ya dalam hatiku.
Masih ada dua sms lagi yang belum kubaca dari Siti (dia teman baik ku yang selalu ingatin aku jangan suka bergadang) “Bang,.. bangun sholat subuh.. jangan molor aja” sms nya padaku. Huffttt… kutarik nafasku panjang-panjang lalu ku hembuskan dengan sekuat-kuatnya. Ternyata masih ada yang perhatiin aku. Kubalas “terima kasih karena sudah selalu mengingatkanku”.  Siti ini wanita yang baik dan sholehah, orang-orang kampusku menyebutnya dengan sebutan Akhwat. Walaupun beda jurusan hubungan kami sangat dekat.
Dan terahir kulihat sms dari Pak Imam (sebutan ketua di organisasiku) “pak korlap jangan lupa bawa TOA/Megapon saya tunggu di depan secretariat.” Smsnya padaku, yaa turun aksi (demo) memang sering aku lakukan, karena aku berfikir bahwa keberhasilan seorang mahasiswa tidak  hanya di ukur oleh proses belajar mengajar di kampus dan juga seberapa tinggi nilai IPK atau indek prestasi komulatif. Namun bagaimana kita sebagai mahasiswa mampu mengaktualisasikan keilmuan yang kita miliki sebagai mahasiswa kepada masyarakat, Negara, dan juga agama.  tanpa kubalas kuraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamar kosku dan kuraih peralatan mandi lalu aku bergegas ke kamar mandi.
Selesai mandi kupakai baju kaos lusuhku, maklumlah gak sempat nyetrika, lagian anak kos jarang punya setrika dan celana jeans yang selalu sobek di atas lutut. Ku engkol motor burukku, walaupun setiap pagi harus mandi keringat lagi gara-gara engkol motor. Kebetulan motorku memang susah di hidupkan, walaupun susah namun selalu kupaksa, dan melaju dijalan 40 KM/jam, itu gas udah mentok dan kugantung TOA di setang. Sesampainya di depan secretariat kebetulan ada kantin nya aku mampir di kantin kulihat sudah ada beberapa teman-teman yang sedang menghisap rokoknya sambil tertawa lepas. Kusalami imamku dan teman-teman satu persatu lalu duduk di bangku yang masih kosong disana. Sambil kuambil sebatang rokok temanku, kusruput kopi punya imamku sambil ketawa hehehe.
Sambil cekakaan bersama teman-temanku, ku ambil hape dan kucari nomor pak Rudi Dosenku yang hari ini masuk MID semester di kelas, dan langsung aku call pak Rudi. Asslamualaikum pak,.. walaikumsalam jawabnya. Kusampaikan maksudku kepadanya pak maaf saya gak bias ikut mata kuliah bapak hari ini? Karena saya bersama teman-teman mahasiswa akan melakukan aksi damai menolak kebijakan pemerintah mencabut subsidi BBM pak,. Kataku padanya,. Sedikit sok aktivis. Lalu beliau menjawab kemaren sudah saya sampaikan pada kosma bahwa kita hari ini kita ujian MID katanya padaku. Waduh pak, bukan saya gak hormati bapak, dan gak ikut MID, masalahnya kebijakan pemerintah ini sangat merugikan masyarakat!! Terutama masyarakat kecil, coba banyangkan pak seandainya subsidi BBM di cabut ioleh pemerintah maka BBM akan semakin mahal, dan pastinya itu akan sangat berdampak pada harga kebutuhan pokok, seperti beras dan lain-lain.jika kebutuhan pokok naik maka masyarakat akan sengsara pak. Dari itu kami sebagai mahasiswa yang notabenenya menjadi agent of change agent of control social harus memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil pak argumentku padanya. Lalu dengan sepontan pak rudi oke!! Lalu ujian MID kamu gimana? Tanyanya balik padaku, gini aja pak saya ujian nya nyusul minggu depan kata ku, Okee!!! Jawabnya singkat. Terimakasih pak assalamu alaikum.. tutup ku.
Teman-teman nyelutuk ­ciiieeee mahasiswa tauladan, mau demo aja mesti nelpon dosen ejeknya padaku sambil ketawa, namun tak kujawab dan ikut tertawa hahaha. Pak Imam bertanya gimana rute kita ?. kita longmarch dari kampus dan finish di kantor DPRD, target DPRD menandatangi petisi dan mengirim kepemerintah pusat kataku. Aku dan teman-temanku bersiap-siap dan menuju kampus untuk mengadakan mimbar orasi di depan rektorat.
Sesampainya didepan rektorat semua ber orasi termasuk aku. Teriakan demi teriakan membangkitkan hedranali ku untuk menjadi seorang pejuang. Walaupun di jalan-jalan menuju kampus begitu banyak mahasiswa yang menonton kami yang sedang teriak-teriak, seolah-olah mereka para mahasiswa terlihat masa bodo, bahkan mungkin menilai kami adalah orang gila yang kerjanya hanya demo ke demo. Bagiku itu tidak penting apa kata mereka para mahasiswa yang apatis, hidupnya hedonis. Bahkan kami juga mempunyai penilaian tersindiri buat mereka para mahasiswa yang masa bodo. Kami menyebut mereka disorientasi yang hanya kuliah pulang- kuliah pulang atau kupu-kupu.
Teriakan-teriakan terus kami kobarkan untuk memprovokasi mahasiswa, walaun hanya sebagaian kecil yang ikut bergabung di dalam demontrasi yang kami lakukan pada waktu itu, kami tidak pernah lelah menyuarakan kebenaran dan menolak ketidakadilan. Setengah jam kami berorasi lalu kami pun lanjutkan menuju kantor DPRD untuk menyampaikan aspirasi.
Ahirnya kami semua finish di DPRD dengan target tercapai yaitu meminta DPRD menandatangani petisi untuk menolak kebijakan pemerintah pusat mencabut subsidi BBM. Walau dilapangan sempat terjadi kontak fisik dengan aparat keamanan, bagi kami itu hal yang biasa. Memang kerjanya aparat selalu mengamankan kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Bahkan kami mempunyai asumsi kalo demontrasi tidak rusuh itu tidak demo namanya. Dan terkadang pihak aparat sengaja meancing kerusuhan juga.

Selesai demonstrasi aku langsung pulang menuju kos-kosanku. Ku hidupkan kompor dan ku rebus segelas air untuk membuat kopi, kulihat gula di rak dekat tempat tidurku rupanya hanya cukup untuk membuat setengah gelas saja. Ku ambil kopi dan masukkan sisa gula yang ada terus kusirang dengan air yang kumasak tadi. Bagiku setengah gelas kopi bukan hanya untuk dinikmati, melainkan memberikan inspirasi dan membangun mimpi-mimpi untuk bangsa ini. 


EmoticonEmoticon