oleh: Kang Mizan
Pagi
itu matahari cukup cerah, sekitar pukul 09:30 wib aku terbangun dari tidurkan
karena sorotan matahari masuk pas di mukaku lewat jendela kamar kos kosan.
Lagi-lagi aku bangun kesiangan, maklum sebagai mahasiswa yang memiliki
cita-cita merdeka secara Illahiyah aku sering kali bergadang bersama
teman-temanku seorganisasi. Walaupun terkadang hanya satu gelas kopi di bagi-bagi namun
bagiku itu sangat berarti, maklum anak kos kosan jauh dari orang tua. sesekali
aku bersama teman-temanku bedah pemikiran Cak Nun dan Kawan-kawan.
Udara
cukup segar pagi itu, walau sudah terkontaminasi oleh debu-debu jalan yang
diterbangkan angkot, bagi ku tetap aja segar. Semabari ku panjatkan do’a kepada
Tuhan yang maha Esa, kuraih hape ku disamping bantal tidur yang selau setia
menemani ku saben waktu. Kulihat banyak sekali call missed maksudnya panggilan
tak terjawab hehe dan juga messege. Kulihat satu persatu. Ku baca sms dari Riko
teman kelas ku kuliah “bro,.. tugas
individualmu copy ya buat aku satu” maklum Riko ini mahasiswa yang paling
malas buat tugas. Sms Riko tak kubalas, ku lanjut buka sms dari Reno, dia Kosma
(kordinator mahasiswa di kelas) “teman-teman
kita masuk hari ini jam 10:00 bersama bapak Rudi MID semester. Oh ternyata
hari ini ujian MID ya dalam hatiku.
Masih
ada dua sms lagi yang belum kubaca dari Siti (dia teman baik ku yang selalu
ingatin aku jangan suka bergadang) “Bang,..
bangun sholat subuh.. jangan molor aja” sms nya padaku. Huffttt… kutarik
nafasku panjang-panjang lalu ku hembuskan dengan sekuat-kuatnya. Ternyata masih
ada yang perhatiin aku. Kubalas “terima
kasih karena sudah selalu mengingatkanku”.
Siti ini wanita yang baik dan sholehah, orang-orang kampusku menyebutnya
dengan sebutan Akhwat. Walaupun beda jurusan hubungan kami sangat dekat.
Dan
terahir kulihat sms dari Pak Imam (sebutan ketua di organisasiku) “pak korlap jangan lupa bawa TOA/Megapon saya
tunggu di depan secretariat.” Smsnya padaku, yaa turun aksi (demo) memang
sering aku lakukan, karena aku berfikir bahwa keberhasilan seorang mahasiswa
tidak hanya di ukur oleh proses belajar
mengajar di kampus dan juga seberapa tinggi nilai IPK atau indek prestasi
komulatif. Namun bagaimana kita sebagai mahasiswa mampu mengaktualisasikan
keilmuan yang kita miliki sebagai mahasiswa kepada masyarakat, Negara, dan juga
agama. tanpa kubalas kuraih handuk yang
tergantung di belakang pintu kamar kosku dan kuraih peralatan mandi lalu aku
bergegas ke kamar mandi.
Selesai
mandi kupakai baju kaos lusuhku, maklumlah gak sempat nyetrika, lagian anak kos
jarang punya setrika dan celana jeans yang selalu sobek di atas lutut. Ku
engkol motor burukku, walaupun setiap pagi harus mandi keringat lagi gara-gara
engkol motor. Kebetulan motorku memang susah di hidupkan, walaupun susah namun
selalu kupaksa, dan melaju dijalan 40 KM/jam, itu gas udah mentok dan kugantung
TOA di setang. Sesampainya di depan secretariat kebetulan ada kantin nya aku
mampir di kantin kulihat sudah ada beberapa teman-teman yang sedang menghisap
rokoknya sambil tertawa lepas. Kusalami imamku dan teman-teman satu persatu
lalu duduk di bangku yang masih kosong disana. Sambil kuambil sebatang rokok
temanku, kusruput kopi punya imamku sambil ketawa hehehe.
Sambil
cekakaan bersama teman-temanku, ku ambil hape dan kucari nomor pak Rudi Dosenku
yang hari ini masuk MID semester di kelas, dan langsung aku call pak Rudi. Asslamualaikum pak,.. walaikumsalam
jawabnya. Kusampaikan maksudku kepadanya pak maaf saya gak bias ikut mata kuliah bapak hari ini? Karena saya bersama
teman-teman mahasiswa akan melakukan aksi damai menolak kebijakan pemerintah
mencabut subsidi BBM pak,. Kataku padanya,. Sedikit sok aktivis. Lalu
beliau menjawab kemaren sudah saya
sampaikan pada kosma bahwa kita hari ini kita ujian MID katanya padaku. Waduh pak, bukan saya gak hormati bapak, dan
gak ikut MID, masalahnya kebijakan pemerintah ini sangat merugikan masyarakat!!
Terutama masyarakat kecil, coba banyangkan pak seandainya subsidi BBM di cabut
ioleh pemerintah maka BBM akan semakin mahal, dan pastinya itu akan sangat
berdampak pada harga kebutuhan pokok, seperti beras dan lain-lain.jika
kebutuhan pokok naik maka masyarakat akan sengsara pak. Dari itu kami sebagai
mahasiswa yang notabenenya menjadi agent of change agent of control social harus
memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil pak argumentku padanya. Lalu dengan
sepontan pak rudi oke!! Lalu ujian MID
kamu gimana? Tanyanya balik padaku, gini aja pak saya ujian nya nyusul minggu
depan kata ku, Okee!!! Jawabnya
singkat. Terimakasih pak assalamu
alaikum.. tutup ku.
Teman-teman
nyelutuk ciiieeee mahasiswa tauladan,
mau demo aja mesti nelpon dosen ejeknya padaku sambil ketawa, namun tak
kujawab dan ikut tertawa hahaha. Pak Imam bertanya gimana rute kita ?. kita longmarch dari kampus dan finish di kantor
DPRD, target DPRD menandatangi petisi dan mengirim kepemerintah pusat kataku.
Aku dan teman-temanku bersiap-siap dan menuju kampus untuk mengadakan mimbar
orasi di depan rektorat.
Sesampainya
didepan rektorat semua ber orasi termasuk aku. Teriakan demi teriakan
membangkitkan hedranali ku untuk menjadi seorang pejuang. Walaupun di
jalan-jalan menuju kampus begitu banyak mahasiswa yang menonton kami yang
sedang teriak-teriak, seolah-olah mereka para mahasiswa terlihat masa bodo,
bahkan mungkin menilai kami adalah orang gila yang kerjanya hanya demo ke demo.
Bagiku itu tidak penting apa kata mereka para mahasiswa yang apatis, hidupnya
hedonis. Bahkan kami juga mempunyai penilaian tersindiri buat mereka para
mahasiswa yang masa bodo. Kami menyebut mereka disorientasi yang hanya kuliah
pulang- kuliah pulang atau kupu-kupu.
Teriakan-teriakan
terus kami kobarkan untuk memprovokasi mahasiswa, walaun hanya sebagaian kecil
yang ikut bergabung di dalam demontrasi yang kami lakukan pada waktu itu, kami
tidak pernah lelah menyuarakan kebenaran dan menolak ketidakadilan. Setengah
jam kami berorasi lalu kami pun lanjutkan menuju kantor DPRD untuk menyampaikan
aspirasi.
Ahirnya
kami semua finish di DPRD dengan target tercapai yaitu meminta DPRD
menandatangani petisi untuk menolak kebijakan pemerintah pusat mencabut subsidi
BBM. Walau dilapangan sempat terjadi kontak fisik dengan aparat keamanan, bagi
kami itu hal yang biasa. Memang kerjanya aparat selalu mengamankan kegiatan
demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Bahkan kami mempunyai asumsi kalo
demontrasi tidak rusuh itu tidak demo namanya. Dan terkadang pihak aparat
sengaja meancing kerusuhan juga.
Selesai
demonstrasi aku langsung pulang menuju kos-kosanku. Ku hidupkan kompor dan ku
rebus segelas air untuk membuat kopi, kulihat gula di rak dekat tempat tidurku
rupanya hanya cukup untuk membuat setengah gelas saja. Ku ambil kopi dan
masukkan sisa gula yang ada terus kusirang dengan air yang kumasak tadi. Bagiku
setengah gelas kopi bukan hanya untuk dinikmati, melainkan memberikan inspirasi
dan membangun mimpi-mimpi untuk bangsa ini.
EmoticonEmoticon