Mizan Musthofa |
HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) merupakan organisasi
kemahasiswaan yang cukup lama di dirikan oleh seorang mahsiswa bernama Lafran
Pane. Pada tanggal Rabu Pon 14 Rabiul Awal 1366 H atau bertepatan 5 Febuari
1947 M di salah satu Ruang kelas Sekolah
Tinggi Islam (sekarang UII), Jogjakarta. Sejak berdirinya, HMI merupakan
organisasi independen yang berbasis kemahasiswaan, yang mengutamakan kebebasan
berfikir dan bertindak sesuai dengan hati nurani. Komitmen pada garis
perjuangan Islam dalam bingkai keindonesiaan merupakan satu ciri idealisme yang
selalu dipegang teguh oleh setiap kader HMI. Hal ini tercantum dalam tujuan
awal HMI itu sendiri, yakni;
1. Mempertahankan
Negara Kesatuan republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat indonesia
2. Menegakkan
dan mengembangkan Agama Islam.
Lebih jauh dari
itu sejarah telah mencatat, bahwa HMI sebagai wadah perjuangan bagi para
mahasiswa, di Era tahun 50 an HMI ditandai dengan masa “Perkembangan dan
Pendewasaan” masa masa ini disebut dengan Dis-Organized (Kekacauan
Oraganisasi). Dengan diresmikannya Perguaruan Gajah Mada menjadi UGM dan
penyatuan kampus-kampus lain di integrasikan
kedalam UGM. Dengan keadaan ini HMI
mengalami kehilangan bebarapa Cabang di wilayahnya, kondisi kampus pun
kurang kondusif karena kecendrungan mahasiswa kembali menggeluti dunia akademis
(back to campus).
Ditambah lagi
dengan munculnya Organisasi Underbouw Partai seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia) dibawah partai PNI, CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa
Indonesia) dibawah partai PKI, dengan lahirnya organisasi-organisasi tersebut
pergerakan mahasiswa tidak lahir dari pemikiran kritis mahasiswa dan
independen, melainkan penerjemahan dari program-program partai induknya. Hal ini menjadi tantangan besar bagi HMI pada
masa itu.
Di Era tahun 60
an HMI merupakan musuh utama yang harus dilenyapkan setelah Masyumi, sebab
golongan agama, dalam doktrin komunis, adalah kelompok yang kontra Revolusi.
PKI menuduh Masyumi (dan juga HMI) sebagai antek-anteknya amerika yang berusaha
menanamkan paham kapitalisme dan liberalisme bagi bangsa Indonesia. Tidak ada
jalan lain bagi PKI, jika ingin menguasai Indonesia yang harus di hancurkan
adalah kekuatan-kekuatan kaum beragama yaitu Masyumi dan juga HMI. Kekukuhan
HMI dalam membela islam dan keterlibatannya dalam aksi pembasmian pemberontak
PKI di madiun bersama militer, cukup menjadi stimulus bagi PKI, oleh karena itu
permusuhan antara HMI dan PKI/CGMI semakin menjadi setelah Nasakom diberlakukan
oleh presiden Soekarno, dan HMI adalah organisasi yang menentang Nasakom.
Terhitung dari Tahun 1964 aksi penggayangan HMI dengan berbagai tuduhan di
lakukan oleh PKI lewat koran, majalah, aksi massa, dan forum-forum ilmiah
bahkan menggunakan institusi perguruan tinggi untuk melarang aktifitas HMI.
Sampai pada terbentuknya KAMI (kesatuan aksi mahasiswa indonesia) dan
menghasilkan TRITURA (tiga tuntutan rakyat) diantaranya adalah Bubarkan PKI,
Retooling Kabinet, dan Turunkan Harga.
Di Era Orde baru
HMI merupakan organisasi yang sangat disegani terbukti para kader-kader HMI
telah menubangkan Orde Lama, Era Intelektual ini merupakan kebangkitan Gerakan
Modern Islam yang terinspirasi dari Tokoh-tokoh Revolusi Iran, gerakan-gerakan
ini mulai marak dan meluas di indonesia, maka tak heran di Era awal 80 an ini,
merupakan era Masjid Kampus. Dan di era ini lah pergolakan besar bagi internal
HMI. Ketakutan pemerintah pada masa itu, dan HMI merupakan ancaman bagi
langgengnya orde baru. Hal ini dibuktikan dengan presiden Soeharto untuk
mengantisipasi dan mengontrol kehidupan para kaum beragama, maka presiden
mengeluarkan UU keormasan No 8 tahun 1985. Dalam rancangan Undang-undang ini
disebutkan adanya kewajiban bagi setiap organisasi massa untuk memakai atau mencantumkan
Pancasila sebagai Asaz organisasi (ideologi Organisasi). Hal ini jelas
bertentangan dengan semangat kebhinekaan yang menjadi Ruh Pancasila itu
sendiri. Dan akan menjadi hilangnya kebebasan warga negara untuk berbeda.
Walaupun
demikian, kekuatan kekuasaan orde baru menjadikan organisasi massa seperti
Muhammadiyah, NU, dan lain-lainya tidak bisa berbuat banyak, berbondong-bondong mereka merubah AD/ART mereka menjadi berasazkan
Pancasila. HMI merupakan organisasi besar dan sangat berpengaruh pada masa itu
menjadi sasaran , pemerintah menginginkan HMI menjadi pelopor dalam mendukung
terlaksananya UU tersebut, maka disusunlah strategi untuk membujuk beberapa
fungsionaris HMI untuk merubah Asaz Islam menjadi Pancasila lewat para Alumni
pada masa itu. Hingga pada ahir mei 1983 kongres HMI tetap menjadikan Islam
sebagai asaz organisasi, dan secara tegas menolak Asaz tunggal Pancasila. Namun
pada Sidang Majelis Pekerja Kongres (MPK) II dan rapat pleno PB HMI pada
tanggal 1-7 april di ciloto Puncak-Bogor PB HMI secara sepihak mengubah asaz
Islam menjadi Pancasila. Reaksi keras pun mengalir dari cabang-cabang di daerah
menolak keputusan PB HMI. Bahkan sampai pada pembekuan beberapa cabang yang
membangkang keputusan PB HMI dan mengganti dengan cabang transitif yang
pengurusnya di ambil dari pengurus besar HMI itu sendiri.
Menjelang diselenggarakannya Kongres XVI di padang Sumatera barat,
dijadikan forum untuk melegitimasi perubahan asaz oleh PB HMI. Dengan demikian
tak akan
ada lagi cabang-cabang yang menolaknya, namun disisi
lain cabang-cabang yang menolak kebijakan dan keputusan tersebut mmbentuk forum
yang bernama Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) yang pada mulanya forum ini
digunakan untuk berdialog dengan pengurus besar HMI dan MPK mengenai perubahan
asaz dalam kongres yang direncanakan oleh PB HMI. Namun tanggapan PB HMI
terkesan meremehkan, sehingga pada ahirnya melakukan demonstrasi di depan
kantor PB HMI Jakarta. Dalam demonstrasi tersebut PB HMI malah menanggapi dengan
mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO, dan beberapa kader HMI
ditangkap dengan alasan subversive. Dengan diwarnai kekacauan oleh dua kubu
yang saling bertentangan, maka kongres ke XVI menjadi catatan sejarah
terpecahnya HMI menjadi dua bagian yakni HMI Dipo dan HMI MPO. Dan massa
pendukung MPO pulang dengan kekecewaan yang mendalam, dan kemudian barisan ini
menyelenggarakan kongres di Jogjakarta.
Walaupun terkesan illegal dan sangat diharamkan bagi pemerintah karena
dianggap membangkang dan anti pancasila, meskipun demikian kongres tetap
diselenggarakan dengan membuat pengumuman bahwa kongres akan dilaksanakan di
kaliurang, namun pada kenyataannya kongres dilaksanakan di sebuah desa gunung
kidul, dan berhasil mengecoh aparat. Saat aparat tahu bahwa kongres di alihkan
maka aparat pun mengejar. Pada ahirnya kongrespun selesai dan sudah berdiri
“HMI Perjuangan” yang tetap konsisten mempertahankan Islam sebagai ideologi dan
kemudian disebut dengan HMI-MPO.
HMI-MPO lahir sebagai sosok anak haram diatas Orde Baru dengan hegemoni
kekuasaan militer pada masa itu HMI MPO tampil sebagai bintang yang berani
berteriak lantang melawan kekuasaan. Walau harus berjuang dibawah tanah demi
mempertahankan idealisme dan eksistensinya, hingga
di kenal sebagai organisasi yang fundamentalis.
Dengan empat alasan inilah HMI-MPO berdiri:
1. Alasan Ideologis
Dimana Islam
sebagai agama yang paripurna, selain memiliki system aqidah yang kokoh dan
bersih, memiliki system muamalah mulai dari keluarga, social, pilitik, budaya, hukum,
dan militer tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah islam.
2. Alasan Latar Belakang Historis
Semangat
perjuangan bangsa melawan penjajah banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh islam,
serta munculnya pancasila sebagai dasar Negara merupakan kompromi tertinggi
umat islam demi kepentingan bangsanya.
3. Alasan Latar Belakang Konstitusional
Piagam Jakarta
yang berbunyi .. “kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya”,
menjiwai pembukaan UUD 1945 yang kmudian dijabarkan kedalam pasal 29 bahwa
secara konstitusional Negara membiarkan dan melindungi pelaksanaan syariat
islam termasuk penggunaan asz islam dalam sebuah organisasi islam. Itu artinya
asaz tunggal bertentangan dengan pancasila itu sendiri .
4. Alasan Latar Belakang Operasional
Dimana keputusan
hanya diambil oleh segelintir orang saja, dan diputuskan bukan diforum kongres.
Dan pada ahirnya HMI MPO harus berhadapan dengan pemerintah sampai pada
reformasi 1998, dan HMI MPO juga begian dari Runtuhnya orde baru dengan
membentuk beberapa organisasi sayap seperti liga mahasiswa muslim jokjakarta
(LMMY), forum komunikasi mahasiswa islam Jakarta (FKMIJ), SEMIKA dan lain-lain.
Kini HMI MPO semakin besar dan eksistensinya pun tidak diragukan. Dengan
semangat islamnya yang tinggi. Tentu hal ini menjadi tantangan besar bagi
kalangan kader HMI MPO untuk selalu mempertahankan ideology nya sehingga tetap
kokoh sepanjang masa, apalagi zaman telah berubah dengan ditandainya besarnya
tantangan global pada masyarakat Indonesia yang mayoritas islam. HMI harus
tampil sebagai organisasi yang multifungsi mampu menerjemahkan segala bentuk
problematika kehidupan.
Besarnya HMI MPO saat ini tidak akan mejamin bahwa Himpunan ini akan
terus eksis dan berkembang sesuai dengan harapan para kadernya. Memang
belakangan ini selama kurang lebih lima tahun HMI MPO menunjukkan taringnya
didalam pergolakan bangsa Indonesia, menjadi cerminan bagi masyarat. Semenjak
reformasi HMI MPO terus berkembang dan memberikan kontribusi yang begitu besar
bagi bangsa Indonesia salah satunya ditandai beberapa Alumni yang masuk kedalam
cabinet pemerintahan Indonesia. Para kader HMI MPO pun ikut aktif dan terus
mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat baik di
Pengurus Besar HMI MPO Maupun ditingkat cabang-cabang yang ada di wilayahnya
masih-masing.
Dibeberapa daerah contohnya di HMI Cabang Pekanbaru dua tahun belakangan
ini terus eksis memperjuangkan ha-hak masyarakat bahkan mampu menggulingkan
pemerintah daerah yang terlibat kasus korupsi. Bahkan di beberapa daerah
lainnya pun aktif mengawal pemerintah. Apalagi belakangan ini indonesia
juga kesulitan dalam bidang ekonomi ditambah melnjaknya harga sembako dan
membuat kesulitan pada masyarakat.
Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan hal ini dibuktikan
dengan disetiap momentum pemilu. Banyaknya wajah-wajah lama maupun wajah-wajah
baru yang menawarkan janji-janji kampanyenya namun hal itu tidak mengubah
penurunan angka golput bagi msyarakat. Dan banyaknya kasus KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme) yang menyeret pemimpin negeri ini sehingga kepercayaam
masyarakat semakin berkurang terhadap pemimpin negeri ini.
Disisi lain Indonesia juga mengalami kemerosotan moral dimana para
generasi muda Indonesia saat ini tidak lagi menunjukkan kesantunannya sebagai ciri
khas bangsa Indonesia apalagi pendidikan juga sudah tidak lagi menjadi sebuah
harapan yang positif bagi masyarakat karena sudah menjadi ajang bisnis bagi
para pemodal. Yang makin parah adalah dimana pemuda dan pemudi dengan sikap
hedonism yang kebarat-baratan serta apatisme terhadap lingkungan sekitar yang
semakin tinggi.
Problematika bangsa Indonesia diatas adalah PR (Pekerjaan Rumah) besar
bagi setiap kader HMI MPO saat ini. HMI MPO harus mampu menjawab tantangan
besar yang sudah mengakar di depan mata kita. HMI MPO
sebagai sebuah organisasi yang dihadapkan dengan kondisi kekinian, yang mana
kita tahu bahwa midernisasi dan globalisasi telah menyeret bangsa kita kepada
kemerosotan moral. HMI MPO harus dapat menyesuaikan diri jika ingin bertahan
dan terus maju sesuai dengan tujuan HMI MPO itu sendiri yakni “Terbinanya
mahasiswa Islam menjadi insan ulil albab yang turut bertanggung jawab atas
terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai Allah SWT”. Maka segala bentuk
perjuangan para kader HMI mengarah pada tujuan itu sendiri. Dan HMI MPO sudah
waktunya mempersiapkan diri untuk berperabng secara ke intelektualnya sebagai
insan ulil albab atas dasar Khittah Perjuangan sebagai paradigma gerakan.
Setiap kader HMI MPO harus membangun kesadaran untuk merespon masa depan, bukan
justeru mengenang keindahan dimasa lalu.
Tantangan
terbesar bagi kader HMI MPO bukanlah anak-anak GMNI, KAMMI, PMII atau
teman-teman perguruan tinggi lainnya, melainkan ribuan anak muda indonesia yang
sekarang ini sedang menuntut ilmu di luar negeri. Ada sekitar 29.000 anak muda
indonesia yang kuliah di australia, belum lagi ribuan yang mengambil study di
amerika, anak-anak inilah yang diprediksi akan mengambil tomnggak kepemimpinan
bangsa nanti dan tentunya sebagai kader HMI MPO harus mampu bersaing terhadap
mereka.
Disinilah peran
setiap kader HMI MPO untuk andil dalam memperbaiki tatanan masyarakat indonesia
dimulai dari Himpunan ini maka akan lahir sebuah generasi baru yang mampu
menjadikan bangsa indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur.
Terahir
organisasi HMI MPO harus mengedepankan keintelektualannya dalam menyelesaikan
segala persoalan-persoalan bangsa yang kini kian komplek, tentu menjemput
kembali kutipan-kutipan lama yang pernah menjadi wacana bagi HMI MPO seperti
HMI bukan hanya Himpunan Mahasiswa Islam saja melainkan menjadi Harapan
Masyarakat Indonesia. Dan hal ini tentu 250 juta jiwa menanti karya nyata bagi
setiap kader HMI MPO untuk bangsa Indonesia.
wallahu a’lam bisshawab, fastabiqul khairat,
billahi taufik wal hidayah,.
Oleh: Mizan Musthofa (KangMizan)
Referensi
1.
Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan
sampai Reformasi, Muhammad Chozin
Amirulah.
2.
Makalah Tentang Kepemimpinan Indonesia
Saat Ini, Febry https://www.academia.edu/4972946/Makalah_tentang_Kepemimpinan_Indonesia_saat_ini_Oleh_Febry
3.
Insan Cita HMI (MPO) Mizan Musthofa http://mizaneducation.blogspot.com/2014/11/insan-cita-hmi-mpo.html?m=1
4.
Perubahan Tiidak Berarti Harus
Membongkar Segala Sesuatu yang Ada Yusril
Ihza Mahendra (dalam buku Most Wanted Leaders) karangan Freddy Ndolu.
5.
Aarti dari Sebuah Mahasiswa Dimas
Yuniardi
1 comments
Jaya selalu HMI ku
EmoticonEmoticon