Sabtu, 07 Februari 2015

"HMI Dahulu, Kini, dan Nanti"

Mizan Musthofa
Kehidupan kampus tidak akan pernah terlepas dari kesemarakan dan kedinamisan  para mahasiswanya. Romantika, cinta, belajar, dan berorganisasi serta menyatakan pendapat adalah hal yang paling utama bagi para mahsiswa. Kurang lengkap rasanya sebuah atribut atau almamater mahasiswa, kalau romantika kehidupan berorannisasi tidak dikenyam bagi seorang mahasiswa. Lebih dari itu, kehidupan mahsasiswa merupakan “candradimuka” untuk suatu kehidupan dimasa yang akan datang. Sebagaian kita banyak yang tidak tahu arti sebuah mahasiswa, mahasiswa merupakan dua kata yakni maha yang artinya  besar dan siswa yang berarti murid atau pelajar, jadi mahasiswa adalah pelajar yang besar pemikiranya. Sebagai agent of change, agent of control peran yang besar bagi mahasiswa.

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)  merupakan organisasi kemahasiswaan yang cukup lama di dirikan oleh seorang mahsiswa bernama Lafran Pane. Pada tanggal Rabu Pon 14 Rabiul Awal 1366 H atau bertepatan 5 Febuari 1947 M di salah satu Ruang  kelas Sekolah Tinggi Islam (sekarang UII), Jogjakarta. Sejak berdirinya, HMI merupakan organisasi independen yang berbasis kemahasiswaan, yang mengutamakan kebebasan berfikir dan bertindak sesuai dengan hati nurani. Komitmen pada garis perjuangan Islam dalam bingkai keindonesiaan merupakan satu ciri idealisme yang selalu dipegang teguh oleh setiap kader HMI. Hal ini tercantum dalam tujuan awal HMI itu sendiri, yakni;
1.      Mempertahankan Negara Kesatuan republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat indonesia
2.      Menegakkan dan mengembangkan Agama Islam.
Lebih jauh dari itu sejarah telah mencatat, bahwa HMI sebagai wadah perjuangan bagi para mahasiswa, di Era tahun 50 an HMI ditandai dengan masa “Perkembangan dan Pendewasaan” masa masa ini disebut dengan Dis-Organized (Kekacauan Oraganisasi). Dengan diresmikannya Perguaruan Gajah Mada menjadi UGM dan penyatuan kampus-kampus lain  di integrasikan kedalam UGM. Dengan keadaan ini HMI  mengalami kehilangan bebarapa Cabang di wilayahnya, kondisi kampus pun kurang kondusif karena kecendrungan mahasiswa kembali menggeluti dunia akademis (back to campus).
Ditambah lagi dengan munculnya Organisasi Underbouw Partai seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) dibawah partai PNI, CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) dibawah partai PKI, dengan lahirnya organisasi-organisasi tersebut pergerakan mahasiswa tidak lahir dari pemikiran kritis mahasiswa dan independen, melainkan penerjemahan dari program-program partai induknya.  Hal ini menjadi tantangan besar bagi HMI pada masa itu.
Di Era tahun 60 an HMI merupakan musuh utama yang harus dilenyapkan setelah Masyumi, sebab golongan agama, dalam doktrin komunis, adalah kelompok yang kontra Revolusi. PKI menuduh Masyumi (dan juga HMI) sebagai antek-anteknya amerika yang berusaha menanamkan paham kapitalisme dan liberalisme bagi bangsa Indonesia. Tidak ada jalan lain bagi PKI, jika ingin menguasai Indonesia yang harus di hancurkan adalah kekuatan-kekuatan kaum beragama yaitu Masyumi dan juga HMI. Kekukuhan HMI dalam membela islam dan keterlibatannya dalam aksi pembasmian pemberontak PKI di madiun bersama militer, cukup menjadi stimulus bagi PKI, oleh karena itu permusuhan antara HMI dan PKI/CGMI semakin menjadi setelah Nasakom diberlakukan oleh presiden Soekarno, dan HMI adalah organisasi yang menentang Nasakom. Terhitung dari Tahun 1964 aksi penggayangan HMI dengan berbagai tuduhan di lakukan oleh PKI lewat koran, majalah, aksi massa, dan forum-forum ilmiah bahkan menggunakan institusi perguruan tinggi untuk melarang aktifitas HMI. Sampai pada terbentuknya KAMI (kesatuan aksi mahasiswa indonesia) dan menghasilkan TRITURA (tiga tuntutan rakyat) diantaranya adalah Bubarkan PKI, Retooling Kabinet, dan Turunkan Harga.
Di Era Orde baru HMI merupakan organisasi yang sangat disegani terbukti para kader-kader HMI telah menubangkan Orde Lama, Era Intelektual ini merupakan kebangkitan Gerakan Modern Islam yang terinspirasi dari Tokoh-tokoh Revolusi Iran, gerakan-gerakan ini mulai marak dan meluas di indonesia, maka tak heran di Era awal 80 an ini, merupakan era Masjid Kampus. Dan di era ini lah pergolakan besar bagi internal HMI. Ketakutan pemerintah pada masa itu, dan HMI merupakan ancaman bagi langgengnya orde baru. Hal ini dibuktikan dengan presiden Soeharto untuk mengantisipasi dan mengontrol kehidupan para kaum beragama, maka presiden mengeluarkan UU keormasan No 8 tahun 1985. Dalam rancangan Undang-undang ini disebutkan adanya kewajiban bagi setiap organisasi massa untuk memakai atau mencantumkan Pancasila sebagai Asaz organisasi (ideologi Organisasi). Hal ini jelas bertentangan dengan semangat kebhinekaan yang menjadi Ruh Pancasila itu sendiri. Dan akan menjadi hilangnya kebebasan warga negara untuk berbeda.
Walaupun demikian, kekuatan kekuasaan orde baru menjadikan organisasi massa seperti Muhammadiyah, NU, dan lain-lainya tidak bisa berbuat banyak, berbondong-bondong mereka merubah AD/ART mereka menjadi berasazkan Pancasila. HMI merupakan organisasi besar dan sangat berpengaruh pada masa itu menjadi sasaran , pemerintah menginginkan HMI menjadi pelopor dalam mendukung terlaksananya UU tersebut, maka disusunlah strategi untuk membujuk beberapa fungsionaris HMI untuk merubah Asaz Islam menjadi Pancasila lewat para Alumni pada masa itu. Hingga pada ahir mei 1983 kongres HMI tetap menjadikan Islam sebagai asaz organisasi, dan secara tegas menolak Asaz tunggal Pancasila. Namun pada Sidang Majelis Pekerja Kongres (MPK) II dan rapat pleno PB HMI pada tanggal 1-7 april di ciloto Puncak-Bogor PB HMI secara sepihak mengubah asaz Islam menjadi Pancasila. Reaksi keras pun mengalir dari cabang-cabang di daerah menolak keputusan PB HMI. Bahkan sampai pada pembekuan beberapa cabang yang membangkang keputusan PB HMI dan mengganti dengan cabang transitif yang pengurusnya di ambil dari pengurus besar HMI itu sendiri.
Menjelang diselenggarakannya Kongres XVI di padang Sumatera barat, dijadikan forum untuk melegitimasi perubahan asaz oleh PB HMI. Dengan demikian tak akan ada lagi cabang-cabang yang menolaknya, namun disisi lain cabang-cabang yang menolak kebijakan dan keputusan tersebut mmbentuk forum yang bernama Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) yang pada mulanya forum ini digunakan untuk berdialog dengan pengurus besar HMI dan MPK mengenai perubahan asaz dalam kongres yang direncanakan oleh PB HMI. Namun tanggapan PB HMI terkesan meremehkan, sehingga pada ahirnya melakukan demonstrasi di depan kantor PB HMI Jakarta. Dalam demonstrasi tersebut PB HMI malah menanggapi dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO, dan beberapa kader HMI ditangkap dengan alasan subversive. Dengan diwarnai kekacauan oleh dua kubu yang saling bertentangan, maka kongres ke XVI menjadi catatan sejarah terpecahnya HMI menjadi dua bagian yakni HMI Dipo dan HMI MPO. Dan massa pendukung MPO pulang dengan kekecewaan yang mendalam, dan kemudian barisan ini menyelenggarakan kongres di Jogjakarta.
Walaupun terkesan illegal dan sangat diharamkan bagi pemerintah karena dianggap membangkang dan anti pancasila, meskipun demikian kongres tetap diselenggarakan dengan membuat pengumuman bahwa kongres akan dilaksanakan di kaliurang, namun pada kenyataannya kongres dilaksanakan di sebuah desa gunung kidul, dan berhasil mengecoh aparat. Saat aparat tahu bahwa kongres di alihkan maka aparat pun mengejar. Pada ahirnya kongrespun selesai dan sudah berdiri “HMI Perjuangan” yang tetap konsisten mempertahankan Islam sebagai ideologi dan kemudian disebut dengan HMI-MPO.
HMI-MPO lahir sebagai sosok anak haram diatas Orde Baru dengan hegemoni kekuasaan militer pada masa itu HMI MPO tampil sebagai bintang yang berani berteriak lantang melawan kekuasaan. Walau harus berjuang dibawah tanah demi mempertahankan idealisme dan eksistensinya, hingga di kenal sebagai organisasi yang fundamentalis.
Dengan empat alasan inilah HMI-MPO berdiri:
1.      Alasan Ideologis
Dimana Islam sebagai agama yang paripurna, selain memiliki system aqidah yang kokoh dan bersih, memiliki system muamalah mulai dari keluarga, social, pilitik, budaya, hukum, dan militer tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah islam.
2.      Alasan Latar Belakang Historis
Semangat perjuangan bangsa melawan penjajah banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh islam, serta munculnya pancasila sebagai dasar Negara merupakan kompromi tertinggi umat islam demi kepentingan bangsanya.
3.      Alasan Latar Belakang Konstitusional
Piagam Jakarta yang berbunyi .. “kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya”, menjiwai pembukaan UUD 1945 yang kmudian dijabarkan kedalam pasal 29 bahwa secara konstitusional Negara membiarkan dan melindungi pelaksanaan syariat islam termasuk penggunaan asz islam dalam sebuah organisasi islam. Itu artinya asaz tunggal bertentangan dengan pancasila itu sendiri .
4.      Alasan Latar Belakang Operasional
Dimana keputusan hanya diambil oleh segelintir orang saja, dan diputuskan bukan diforum kongres.
Dan pada ahirnya HMI MPO harus berhadapan dengan pemerintah sampai pada reformasi 1998, dan HMI MPO juga begian dari Runtuhnya orde baru dengan membentuk beberapa organisasi sayap seperti liga mahasiswa muslim jokjakarta (LMMY), forum komunikasi mahasiswa islam Jakarta (FKMIJ), SEMIKA dan lain-lain.
Kini HMI MPO semakin besar dan eksistensinya pun tidak diragukan. Dengan semangat islamnya yang tinggi. Tentu hal ini menjadi tantangan besar bagi kalangan kader HMI MPO untuk selalu mempertahankan ideology nya sehingga tetap kokoh sepanjang masa, apalagi zaman telah berubah dengan ditandainya besarnya tantangan global pada masyarakat Indonesia yang mayoritas islam. HMI harus tampil sebagai organisasi yang multifungsi mampu menerjemahkan segala bentuk problematika kehidupan.
Besarnya HMI MPO saat ini tidak akan mejamin bahwa Himpunan ini akan terus eksis dan berkembang sesuai dengan harapan para kadernya. Memang belakangan ini selama kurang lebih lima tahun HMI MPO menunjukkan taringnya didalam pergolakan bangsa Indonesia, menjadi cerminan bagi masyarat. Semenjak reformasi HMI MPO terus berkembang dan memberikan kontribusi yang begitu besar bagi bangsa Indonesia salah satunya ditandai beberapa Alumni yang masuk kedalam cabinet pemerintahan Indonesia. Para kader HMI MPO pun ikut aktif dan terus mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat baik di Pengurus Besar HMI MPO Maupun ditingkat cabang-cabang yang ada di wilayahnya masih-masing.
Dibeberapa daerah contohnya di HMI Cabang Pekanbaru dua tahun belakangan ini terus eksis memperjuangkan ha-hak masyarakat bahkan mampu menggulingkan pemerintah daerah yang terlibat kasus korupsi. Bahkan di beberapa daerah lainnya pun aktif mengawal pemerintah. Apalagi belakangan ini indonesia juga kesulitan dalam bidang ekonomi ditambah melnjaknya harga sembako dan membuat kesulitan pada masyarakat.
Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan hal ini dibuktikan dengan disetiap momentum pemilu. Banyaknya wajah-wajah lama maupun wajah-wajah baru yang menawarkan janji-janji kampanyenya namun hal itu tidak mengubah penurunan angka golput bagi msyarakat. Dan banyaknya kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang menyeret pemimpin negeri ini sehingga kepercayaam masyarakat semakin berkurang terhadap pemimpin negeri ini.
Disisi lain Indonesia juga mengalami kemerosotan moral dimana para generasi muda Indonesia saat ini tidak lagi menunjukkan kesantunannya sebagai ciri khas bangsa Indonesia apalagi pendidikan juga sudah tidak lagi menjadi sebuah harapan yang positif bagi masyarakat karena sudah menjadi ajang bisnis bagi para pemodal. Yang makin parah adalah dimana pemuda dan pemudi dengan sikap hedonism yang kebarat-baratan serta apatisme terhadap lingkungan sekitar yang semakin tinggi.
Problematika bangsa Indonesia diatas adalah PR (Pekerjaan Rumah) besar bagi setiap kader HMI MPO saat ini. HMI MPO harus mampu menjawab tantangan besar yang sudah mengakar di depan mata kita. HMI MPO sebagai sebuah organisasi yang dihadapkan dengan kondisi kekinian, yang mana kita tahu bahwa midernisasi dan globalisasi telah menyeret bangsa kita kepada kemerosotan moral. HMI MPO harus dapat menyesuaikan diri jika ingin bertahan dan terus maju sesuai dengan tujuan HMI MPO itu sendiri yakni “Terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan ulil albab yang turut bertanggung jawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai Allah SWT”. Maka segala bentuk perjuangan para kader HMI mengarah pada tujuan itu sendiri. Dan HMI MPO sudah waktunya mempersiapkan diri untuk berperabng secara ke intelektualnya sebagai insan ulil albab atas dasar Khittah Perjuangan sebagai paradigma gerakan. Setiap kader HMI MPO harus membangun kesadaran untuk merespon masa depan, bukan justeru mengenang keindahan dimasa lalu.
Tantangan terbesar bagi kader HMI MPO bukanlah anak-anak GMNI, KAMMI, PMII atau teman-teman perguruan tinggi lainnya, melainkan ribuan anak muda indonesia yang sekarang ini sedang menuntut ilmu di luar negeri. Ada sekitar 29.000 anak muda indonesia yang kuliah di australia, belum lagi ribuan yang mengambil study di amerika, anak-anak inilah yang diprediksi akan mengambil tomnggak kepemimpinan bangsa nanti dan tentunya sebagai kader HMI MPO harus mampu bersaing terhadap mereka.
Disinilah peran setiap kader HMI MPO untuk andil dalam memperbaiki tatanan masyarakat indonesia dimulai dari Himpunan ini maka akan lahir sebuah generasi baru yang mampu menjadikan bangsa indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur.
Terahir organisasi HMI MPO harus mengedepankan keintelektualannya dalam menyelesaikan segala persoalan-persoalan bangsa yang kini kian komplek, tentu menjemput kembali kutipan-kutipan lama yang pernah menjadi wacana bagi HMI MPO seperti HMI bukan hanya Himpunan Mahasiswa Islam saja melainkan menjadi Harapan Masyarakat Indonesia. Dan hal ini tentu 250 juta jiwa menanti karya nyata bagi setiap kader HMI MPO untuk bangsa Indonesia.
­wallahu a’lam bisshawab, fastabiqul khairat, billahi taufik wal hidayah,.

Oleh: Mizan Musthofa (KangMizan)

























Referensi
1.      Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan sampai Reformasi, Muhammad Chozin Amirulah.
2.      Makalah Tentang Kepemimpinan Indonesia Saat Ini, Febry  https://www.academia.edu/4972946/Makalah_tentang_Kepemimpinan_Indonesia_saat_ini_Oleh_Febry
3.      Insan Cita HMI (MPO) Mizan Musthofa http://mizaneducation.blogspot.com/2014/11/insan-cita-hmi-mpo.html?m=1
4.      Perubahan Tiidak Berarti Harus Membongkar Segala Sesuatu yang Ada Yusril Ihza Mahendra (dalam buku Most Wanted Leaders) karangan Freddy Ndolu.
5.      Aarti dari Sebuah Mahasiswa  Dimas Yuniardi

1 comments


EmoticonEmoticon