Pengantar
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-MPO) sebagai sebuah organisasi
saat ini dihadapkan pada kondisi kekinian. Yang mana, kita pun tahu modernisasi
dan globalisasi telah menyergap bangsa ini. Maka, HMI pun harus dapat
menyesuaikan diri jika ingin tetap bertahan dan terus maju. Adapun penyesuaian
diri yang dimaksud adalah dalam ranah perjuangan para kadernya saat ini. Era
modernisasi dan globalisasi yang saat ini menyergap lebih mengarah pada
perjuangan intelektual seharusnya dilakukan para kader. Hal ini, tidak menjadi
soal, karena para kader HMI merupakan mahasiswa yang tentunya adalah kaum
intelektual. Sesuai tujuan HMI yang dijabarkan yaitu “Terbinanya Mahasiswa
islam menjadi insan ulil albab yang turut bertanggung jaab atas terwujudnya
tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT” maka segala bentuk perjuangan
para kader HMI pun tentunya mengarah pada tujuan tersebut.
Maka
sudah waktunya HMI MPO saat ini mempeersiapkan diri untuk berperang secara
keintelektualnya sebagai insan ulil albab, untuk itu perlu adanya perkaderan
yang matang demi mewujudnya cita-cita HMI itu sendiri.
1.
Keislaman
HMI sejak berdirinya pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta yang
mempunyai tujuan mempertegak dan mengembangkan agama islam dan mempertinggi
derajat rakyat dan Negara republic indonesia. seperti lazimnya organisasi yang
lain, HMI mempunyai tujuan yang merupakan cita-cita besar yang hendak dicapai,
sejak berdirinya HMI hingga sekarang tujuan hmi yang telah berganti samapi enam
kali mempunyai cita-cita yang luhur terhadap islam. Ini bisa dilihat bahwa
tujuan HMI sekarang adalah “Terbinanya Mahaiswa Islam memjadi insane ulil albab
yang turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi
Allah SWT”.
HMI yang berfungsi sebagai organisasi perkaderan yang bertujuan
membina para anggotanya menjadi kader menjadikan focus dan obyek tujuannya
adalah individu-individu mahasiswa untuk mempunyai kualifikasi tertentu yang
disebut insane ulil albab, insane yang dicita-citakan HMI.
Selain berfungsi sebagai organisasi perkaderan HMI juga
berfungsi sebagai organisasi perjuangan . kader-kader HMI yang telah mempunyai
kualifikasi sebagai insane ulil albab mereka juga bertanggungjawab atas
terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi Allah.
Dan untuk mewujudkan tujuan HMI tersebut diperlukan usaha
yaitu Dakwah amar ma’ruf nahi munkar, pembentukan individu- individu ulil
albab, dan pembentukan masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa HMI adalah
organisasi dakwah. Berbicara
tentang HMI memang ada dua hal yang harus kita perhatikan yaitu kata himpunan
sendiri berarti merupakan sebuah wadah suatu kelompok umat yang sedang
berdakwah. Seperti dikatakan dalam Al Qur’an Surat Ali Imran 104 dikatakan
bahwa “ Dan hendaklah ada segolongan umat yang menyeru pada kebajikan,menyeru
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar mereka itulah orang-orang yang
beruntung”. Sedangkan kata mahasiswa Islam, kader HMI adalah seorang muslim dan
muslimat yang mempunyai kewajiban untuk berdakwah. Karena mahasiswa identik
dengan kampus maka sering kali kita sebut dakwah kampus walaupun istilah ini
sering diklaim oleh gerakan mahasiswa tetangga kita. Awalnya HMI (MPO) sangat focus pada keislamanya bahkan terkenal
sebagai organisasi yang fundamental, namun kini tampaknya HMI (MPO) mulai
terbuka, mudah kita temui kader-kader yang berbeda-beda ekspresi keagamaanya.
Ada kader yang cenderung fundamen, moderat, dan liberalpun banyak. Memang pada
dasarnya HMI tidak mengatur keseragaman pemahaman Agama.
Ekspresi keagamaan masing-masing cabangpun berbeda-beda ini
bisa kita lihat ada cabang yang akhwatnya memakai jilbab yang besar-besar ada
juga yang cabang yang akhwatnya memakai celana jins ketat. Memang kalau kita
menilai bahwa keislaman di HMI itu menurun, itu dalam kacamata siapa? Dan
keislaman yang bagaimana? Banyak kader yang kini nampaknya mulai jenuh terhadap perkaderan
HMI. Perkaderan yang hanya identik dengan acara LK 1, LK 2, LK 3 dan kajian
rutin tiap minggunya. Tanpa ada Inovasi kegiatan-kegiatan yang lebih modern.
Kegiatan-kegiatan seperti ceramah dan ceramah nampaknya sekarang kurang
diminati oleh baik kader maupun calon kader tentunya. Hal ini dikarenakan
kultur yang semakin berubah juga.
Maka perlu di dipertegas masalah keislaman para kader HMI
MPO, saat ini sebagai kader tentu harus tahu dan mampu menjawab segala
pertanyaan yang mungkin tidak kita fikirkan. Seperti halnya:
a. Memahami
hakikat islam secara khaffah?
b. apa itu insan ulil albab?
c. Individu yang mu’abbid, mujahid, mujtahid, dan mujaddid?.
2.
Ke
HMI an
Sebagai kader HMI MPO
tentu masalah ke HMI an harus sudah dluar kepala, Organisasi dapat dikenali
dengan berbagai cara, antara lain; melalui atribut-atribut organisasi,
jargon-jargon gerakan, out put organisasi
berupa karya dan kader-kadernya. Mengidentifikasi HMI dengan hal-hal tersebut
dipandang amat sederhana, karena terbukti bahwa kesemuanya tak mampu mewakili
kedalaman cita pejuangan HMI, memberi inspirasi bagi keberlanjutan perjuangan,
apalagi jika dikaitkan dengan upaya untuk mempertahankan daya juang kader
sepanjang hayat.
Diperlukan satu konsep
yang menggambarkan semangat ideologis kader HMI yang dapat menjawab kebutuhan
tentang pentingnya daya tahan setiap kader dalam mengawal cita-cita
perjuangannya. Hal ini diyakini lebih memiliki keunggulan dibandingkan sekadar
atribut, simbol, jargon, ataupun klaim terhadap alumni dan kader yang “sukses”
di bidang tertentu. Artinya, HMI belum dapat digambarkan dengan mengedepankan
hal-hal tersebut.
Khittah Perjuangan HMI
merupakan dokumen yang menggambarkan konsepsi ideologis sebagai upaya kader
memberi penjelasan tentang cara pandang HMI mengenai semesta eksistensi yang
wajib diakui, kebenaran yang wajib diperjuangkan, jalan hidup yang wajib
dijunjung tinggi, cita-cita yang perlu diraih, dan nilai-nilai yang mengikat
atau menjiwai kehidupannya secara individual maupun sosial. Khittah Perjuangan merupakan paradigma gerakan atau manhaj yang merupakan penjelasan utuh tentang
pilihan ideologis, yaitu prinsip-prinsip penting dan nilai-nilai yang dianut
oleh HMI sebagai tafsir utuh antara azas, tujuan, usaha dan independensi HMI.
3.
Ke
Ilmu an
HMI MPO harus bangun dari ‘tidur’
yang cukup lama dijalaninya. Organisasi ini harus membangun kesadaran untuk
merespons masa depan. Bukan justru merespons masa lalu yang selama ini masih
tampak dilakukan. Jika tidak membangun kesadaran tersebut, dikhawatirkan HMI
MPO akan menjadi penonton dan bukan menjadi pemain utama dalam gerak perubahan
bangsa.
Nuansa itu terasa. Padahal tantangan
sekarang berbeda. Tapi, teman-teman masih merespons masa lalu. perlu ada
keseriusan untuk memecahkan masalah ini di internal HMI MPO.
Perkaderan HMI MPO sekarang harus
bisa mendesain agar sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan melahirkan
orang-orang yang mampu memainkan peran utama dalam perubahan. Tema-tema diskusi
dan kegiatan di HMI MPO juga harus bisa memikirkan ini dan jangan terjebak
seperti tema-tema ketika periode perlawanan terhadap Orde Baru. “Di masa depan,
kompetisi kader HMI bukanlah anak-anak GMNI, KAMMI, PMII atau teman -teman di
perguruan tinggi dalam negeri, bahkan kader HMI Dipo. Tapi, ribuan anak-anak
muda Indonesia yang sekarang ini sedang menuntut ilmu di luar negeri.
Sekarang ini ada 29.000 anak muda
Indonesia yang sedang kuliah di Australia. Belum lagi ribuan orang yang
mengambil studi di Amerika dan negara-negara luar lainya. Anak-anak muda inilah
ke depan yang diprediksi akan mengambil peran dalam proses perubahan Indonesia.
“Mereka memiliki perangkat ilmu dan kekuatan network internasional yang lebih
bagus.
Lulusan-lulusan luar negeri ini, mereka
menyiapkan diri tidak hanya untuk mengisi ruang di state (pemerintahan).
Tapi juga di market (pasar) yang belum banyak anak muda
berminat untuk mengisi wilayah ini. Perkaderan HMI mestinya sekarang juga
mendesain orang-orang untuk menjadi pemain utama di pasar. Jangan hanya fokus
untuk mengisi state dan civil society seperti di
masa lalu.
Di HMI MPO, dikhawatirkan ketika
aktivis itu hanya menjadi label semata. Namun, tidak diikuti dengan kapasitas
yang harusnya dimiliki sebagai aktivis sesungguhnya. “Sederhana, misalnya ketika
kader HMI MPO ditanya kemampuan bahasa Inggrisnya, tumbang mereka. Bagaimana
ini, padahal itu kemampuan dasar yang harus dimiliki,” ujarnya. Kalau
kader-kader HMI MPO sekarang tidak bisa membaca masa depan dan mempersiapkan
diri untuk kemajuan bangsa.
Makaperlu adanya perubahan mainset setiapkader HMI
MPO, setiap kader hmi harus melihatkan identitas kadernya seperti motto “baca,
diskusi, aksi” .
Wasslam,,
EmoticonEmoticon