Mizan Musthofa |
Indonesia Antara Pendidikan da
Pragmatis
Oleh: Mizan Musthofa
Sejak
kemerdekaan Indonesia dideklarasikan oleh proklamator Indonesia soekarno hatta
pada tanggal 17 agustus 19945 yang lalu telah menyimpan banyak hal lika-liku kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mulai masalah politik, kesenjangan sosial, kemiskinan, dan yang terpenting
harus kita lihat adalah masalah pendidikan.
Perlu
kita ingat bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.(UU
No 20 tahun 2003).
Dahulu pendidikan pesantern menjadi tolak ukur pendidikan
diindonesia, tapi kini pesantren hanya tinggal nama, dimana para santri sudah
mulai krisis akibat pengaruh globalisasi yang melanda dunia ketiga ini. Tentu
ini menjadi refleksi kita bersama ada apa dengan pesantren saat ini? Mengapa
semakin modern semakin merosot kualitasnya? Ini menjadi buah bibir masyarakat
saat ini yang perlu jawaban yang konkrit.
Sementara itu pendidikan umum semakin digalakkan, dengan
berbagai fasilitas dan sarana pendidikannya, mampu menghipnotis anak masa kini,
sehingga membludaknya kuantitas pendidikan umum ini. Walaupun pada kenyataannya
peserta didik hanya didoktrin untuk bagaimana bisa dapat nilai yang bagus, dan
dapat kerja, serta endingnya adalah uang. Tanpa berfikir bagaimana bisa merubah
tatanan masyarakat Indonesia menuju kehidupan yang sejahtera.
Melihat kondisi pendidikan saat ini, sangat memprihatinkan
dimana pendidikan hanya menjadi lading bisnis, jauh dari hakikat tujuan yang
sebenarnya pendidikan. Banyak contoh konkrit yang bisa kita lihat seperti para
lulusan sarjana, mereka tidak ubahnya seperti pembisnis yang selalu berfikir
bagaimana modal kuliahnya bisa kembali secepat mungkin. Sehingga mereka lupa
akan tugasnya menjadi agent of change, dan agent of control social. Sehngga
pendidikan kita mengarah ke pragmatis, yang pada ahirnya adalah materi/uang.
Semoga ini menjadi refleksi awal kita untuk bisa mngubah cara
berfikir kita untuk merevolusi pendidikan yang ada diindonesia.
EmoticonEmoticon