Selasa, 24 Januari 2012

Dari Guru Ngaji Sampai Jadi Gubernur Riau

Mizan Educaion.Pekanbaru - Lahir dari sebuah keluarga sederhana nan jauh di pelosok desa terisolir di Kecamatan Mandau, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Masa remajanya menjadi guru ngaji dari masjid ke masjid untuk dapat menyambung gelar sarjana, juga tercatat sebagai Qori terbaik tingkat nasional. Kini sosok pria bernama Muhammad Rusli Zainal itu menjabat sebagai Gubernur Riau selama dua periode.


Bulan Ramadan sebagai bulan pengampunan dosa, juga merupakan sebagai bulan intropeksi diri, dan bulan penuh berkah untuk berbagai sesama kaum duafa. Begitulah pandangan Rusli Zainal terhadap bulan puasa ini. Tak ada salahnya bila kita merunut ke belakang sepenggal kisah anak kampung yang rajin mengaji itu sampai bisa menjadi orang nomor satu di Riau.



Rusli Zainal terlahir pada 3 Desember 1957 silam, di sebuah desa nan jauh di Kabupaten Inhil sana. Dulunya kecematan itu sangat terisolir jauh dari akses infrastruktur pemerintah. Di sanalah Rusli Zainal lahir dan besar sebagai sejatinya anak desa.



Selaku anak desa, Rusli termasuk sosok anak-anak yang menonjol dibidang pengajian. Bulan Ramadan baginya juga sebagai bulan penuh kerinduan dimasa kecilnya. Teringat akan masa kecilnya yang tak jauh beda dengan anak-anak lainnya selalu meramaikan masjid dan ikutan tadarus.



Al Quran nur qarim ayat suci itu telah mengantarkan Rusli Zainal ke kancah nasional di saat masih anak-anak. Bagaimana tidak, diusianya yang masih belia, sudah ikut meramaikan jalannya Musabakoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional mewakili Provinsi Riau. Sampai usianya remaja dan dewasa sosok Rusli tercatat sebagai qori terbaik tingkat nasional.



Semasa remajanya, saat duduk dibangku kuliah di Universitas Riau (Unri) di Fakultas Ekonomi, dia menyandang profesi sebagai guru mengaji di sejumlah masjid di Pekanbaru. Sebagai garim di masjid, tentunya dia juga memiliki tugas yang mulai yakni melantumkan azan disetiap waktu masuk salat. Guru mengaji lama dia tekuni sampai dia meraih gelar sarjan ekonomi.



Setelah meraih sarjana, Rusli terjun ke dunia bisnis bidang jasa dan kontruksi. Dia sempat memangku jabatan sebagai Ketua Umum Gapensi. Sempat juga menjadi anggota DPRD Riau. Berkecimpung di dunia politik, pada tahun 1999, Rusli mencalonkan diri sebagai Bupati Inhil. Di kampung halamannya sendiri, dia terpilih sebagai orang nomor satu.



Setelah menjabat satu periode sebagai bupati, lag-lagi, mantan guru mengaji ini mencalonkan dirinya sebagai gubernur. Tahun 2003, Rusli kembali bertarung dengan incumbent Gubernur Riau Saleh Djasit. Dan hasilnya, sang muazin itu bisa terpilih sebagai orang nomor satu di Riau. Dan pada tahun 2008, untuk kedua kalinya mencalonkan diri sebagai gubernur, dengan sistem dipilih langsung oleh masyarakat. Untuk kedua kalinya hingga peridode 2014 mendatang, Rusli dipercayakan rakyat sebagai pemimpin di negeri Melayu Riau.



Kini sebagai orang nomor satu, tentulah memiliki tugas yang begitu banyak. Apalagi selama bulan Ramadan ini, berbagai kegiatan selaku kepala pemerintah menumpuk dipundaknya. Namun masa kecil baginya juga tidak bisa dia lupakan begitu saja.



�“Kalau sudah bulan ramadan ini, kita terkenang dengan masa kecil di kampung halaman. Dulu kita tadarusan di masjid tanpa penerangan listrik, yang ada hanya lampu petromak. Namun begitu indahnya Ramadan, kita tetap saja meramaikan masjid untuk bertadarus,” kenang Qori terbaik itu.



Pun ketika jabatan gubernur melakat di pundaknya, selama bulan Ramadan yang namanya tadarus tetap dilaksanakan. Malah setiap kali melaksanakan perjalanan safari Ramadan seluruh kabupaten yang ada di Riau, Rusli sekaligus diminta para jemaah untuk menjadi imam termasuk dalam salat tarawih.



Tidak itu saja, dia juga sebagai icon azan maghrib untuk siaran TVRI stasiun Pekanbaru dan sejumlah TV lokal lainnya. Begitu juga, suara azan yang merdu meramaikan di sejumlah siaran radio di Pekanbaru.



Sekalipun menjadi orang terpenting di jajaran pemerintahan di Riau, dia tetap saja tidak terlepas dari masyarakat pada umumnya. Menjelang bulan suci Ramadan, dia bersama anak dan istrinya Septina Primawati tetap melaksanakan tradisi ziarah kubur.



“Sudah menjadi tradisi kita bersama, menjelang Ramadan, saya dan keluarga juga berziarah ke makam keluarga. Kita selalu mendoakan mereka, agar mendapat tempat yang terbaik disisi Allah SWT. Tradisi itu tidak bisa kita lupakan,” kata Rusli.



Selama Ramadan, berbagai bentuk kegiatan semakin menumpuk, baik kegiatan yang sifatnya pemerintahan ataupun kekeluargaan. Sebagai pemerintahan, Rusli juga memikirkan berbagai persiapan mudik. Berkoordinasi dengan Muspida untuk bersama-sama mengamankan jalannya arus mudik. Letak Riau yang berada di tengah-tengah pulau Sumatera, menjadi Riau sebagai salah satu jalur mudik terpadat.



“Kita juga bergegas untuk selalu memperbaiki kondisi jalan kita yang banyak rusak. Ini semua untuk kenyamanan masyarakat dalam berlalu lintas baik untuk keseharian terutama lagi untuk mudik,” kata Rusli.



Sekalipun menjadi gubernur, mendekati lebaran, dia juga merindukan untuk dapat pulang ke kampung halamannya. Rasa hati untuk dapat berkumpul bersama sanak family dan teman-teman masa kecilnya.



“Saya juga merindukan tradisi pulang kampung, biar dapat berkumpul dengan kawan-kawan di masa kecil dulu. Namun setiap hari lebaran pertam sampai kedua kita membuat open hause untuk rakyat. Tapi tetap saja saya mencari waktu yang tepat, untuk dapat pulang kampung,” kata Rusli.


EmoticonEmoticon