Rabu, 18 Januari 2012

John Calvin di Jenewa dan di Strasburg

 
Pendahuluan

Calvin dilahirkan pada tahun 1509 di Noyon, Perancis Utara. Tahun 1523, ia memulai studinya di sekolah menengah di Paris. Di sekolahnya, ia diarahkan kepada humanisme dan tradisi Abad Pertengahan. Sesuai dengan kemauan ayahnya, ia kemudian melanjutkan studinya di bidang ilmu hukum di Orleans dan di Bourges. Ketika itu, pengaruh humanisme di Perancis sangat besar. Di situ, Erasmus, humanis Belanda, sangat dihormati dan dijunjung tinggi.

Pada tahun 1536, Calvin pergi ke Italia. Beberapa waktu lamanya, ia tinggal di istana seorang bangsawan wanita. Dari situ, ia pergi lagi ke sebelah utara dan berencana tinggal di Strasburg atau di Basel. Dalam perjalanannya itu, ia singgah dan bermalam di Jenewa. Pendeta Farel dari Jenewa mendengar bahwa orang muda Perancis -- yang telah ia dengar namanya sebagai seorang anak muda yang pandai -- sedang berada di kotanya. Ia segera pergi mengunjungi Calvin dan meminta dengan sangat agar ia tinggal di Jenewa, supaya keduanya bekerja sama untuk memajukan reformasi di kota itu. Mula-mula, Calvin menolak karena ia ingin belajar dengan tenang. Namun, Farel mendesaknya dengan kata-kata yang keras, bahkan dengan ancaman kutuk. Hal itu melunakkan hatinya, dan Calvin mengambil keputusan untuk memenuhi permintaan Farel.
Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas dua bagian, yaitu Pengetahuan akan Allah dan akan manusia.(1) Pengetahuan akan Allah diperoleh dari Perjanjian Lama dan Per­janjian Baru, dan tugas pendidikan bagian ini ada pada gereja.(2) Sasaran pen­didik­an Kristen adalah mengajar seorang untuk dapat hidup berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai Kristiani.Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas dua bagian, yaitu Pengetahuan akan Allah dan akan manusia.(1) Pengetahuan akan Allah diperoleh dari Perjanjian Lama dan Per­janjian Baru, dan tugas pendidikan bagian ini ada pada gereja.(2) Sasaran pen­didik­an Kristen adalah mengajar seorang untuk dapat hidup berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai Kristiani.Dasar Teologi Reformed dari Calvin melihat manusia sepenuhnya sebagai makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh dan berdosa
Pelatihan pendidikan Calvin sendiri sangatlah berdasarkan pada pemikiran humanisme. Ia sangat menekankan pelatihan akan seni liberal, bahkan melampaui belajar hukum dan medis.(12) Calvin meletakkan posisi sangat penting bagi pen­didikan, yang harus dimulai sejak usia dini, agar tidak “menjadikan gereja sebagai Padang gurun bagi anak-anak kita.”Calvin telah mengerjakan teori pemerintahan. Ia memisahkan gereja ke dalam empat jabatan: pendeta; doktor atau pengajar; majelis atau penatua; dan diaken. Pengajar (guru) secara khusus bertugas di sekolah-sekolah dan pelayan bertugas di Sekolah Minggu. Calvin meletakkan masyarakat sepenuhnya di bawah kedaulatan Allah. Bagi Calvin, Allah seharusnya menjadi presiden dan hakim di semua pemilihan kita.






Sekilas Hidup Reformator John Calvin di Jenewa dan di Strasburg


Calvin dilahirkan pada tahun 1509 di Noyon, Perancis Utara. Tahun 1523, ia memulai studinya di sekolah menengah di Paris. Di sekolahnya, ia diarahkan kepada humanisme dan tradisi Abad Pertengahan. Sesuai dengan kemauan ayahnya, ia kemudian melanjutkan studinya di bidang ilmu hukum di Orleans dan di Bourges. Ketika itu, pengaruh humanisme di Perancis sangat besar. Di situ, Erasmus, humanis Belanda, sangat dihormati dan dijunjung tinggi.
Sejak akhir Abad Pertengahan, hubungan antara gereja dan negara erat sekali. Karena itu, orang-orang Perancis sangat memusuhi reformasi. Mungkin dari kawan-kawannya, ia memeroleh bacaan yang memperkenalkannya pada reformasi. Mula-mula, ia tidak merasa tertarik pada "ajaran baru" itu. Tetapi pada akhir tahun 1533, tiba-tiba terjadi perubahan di dalam hidupnya. Calvin sendiri tidak banyak berbicara tentang hal ini. Hanya beberapa kali saja ia menulis tentang pertobatannya. Ia katakan: "Oleh pertobatan yang tiba-tiba terjadi, Allah menaklukkan jiwaku kepada kemauan (untuk menurut)."
Secara teologis, hal ini berarti bahwa sejak saat itu, pengaruh Lutherlah yang memimpin, bukan lagi Erasmus. Ia mau menggunakan ilmunya untuk pelayanan Injil yang ia temukan kembali. Tidak lama sesudah pertobatannya, "penyiksaan" terhadap orang-orang Kristen Perancis yang mengikuti "ajaran baru" itu memaksanya untuk meninggalkan tanah airnya. Mula-mula, Calvin pergi ke Strasburg. Namun tidak lama kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke Basel. Di sini, ia berharap dapat melanjutkan studinya dengan tenang. Di sinilah ia menyelesaikan karyanya, "Institutio" (edisi pertama). Tahun 1536, karyanya ini diterbitkan dalam bentuk buku. Edisi pertama dari karyanya ini hanya berfungsi sebagai semacam "katekismus" bagi orang-orang Perancis yang mengikuti gereja reformasi.
Pada tahun 1536, Calvin pergi ke Italia. Beberapa waktu lamanya, ia tinggal di istana seorang bangsawan wanita. Dari situ, ia pergi lagi ke sebelah utara dan berencana tinggal di Strasburg atau di Basel. Dalam perjalanannya itu, ia singgah dan bermalam di Jenewa. Pendeta Farel dari Jenewa mendengar bahwa orang muda Perancis -- yang telah ia dengar namanya sebagai seorang anak muda yang pandai -- sedang berada di kotanya. Ia segera pergi mengunjungi Calvin dan meminta dengan sangat agar ia tinggal di Jenewa, supaya keduanya bekerja sama untuk memajukan reformasi di kota itu. Mula-mula, Calvin menolak karena ia ingin belajar dengan tenang. Namun, Farel mendesaknya dengan kata-kata yang keras, bahkan dengan ancaman kutuk. Hal itu melunakkan hatinya, dan Calvin mengambil keputusan untuk memenuhi permintaan Farel.





Teori Pendidikan John Calvin

1. Teori Nilai
Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas dua bagian, yaitu Pengetahuan akan Allah dan akan manusia.(1) Pengetahuan akan Allah diperoleh dari Perjanjian Lama dan Per­janjian Baru, dan tugas pendidikan bagian ini ada pada gereja.(2) Sasaran pen­didik­an Kristen adalah mengajar seorang untuk dapat hidup berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai Kristiani. Di arena pengetahuan akan diri, Calvin menun­juk­kan perhatian yang sangat besar pada pembelajaran para  humanis pada jamannya. Ia adalah murid seorang humanis terkenal, Cortier, dan sangat meng­har­gai metode pengajaran dan pembelajaran dari Cortier.[3) Pada faktanya,  kemanu­sia­an bagi Calvin jauh lebih penting ketimbang hukum dan medis.(4) Calvin sangat berbeda dari para Reformator lainnya, seperti Luther dan Zwingli, khususnya di dalam mem­beri­kan perhatian besar pada seni liberal sebagai suatu sarana untuk memperkem­bang­kan kemanusiaan manusia.(5)
2. Teori Pengetahuan
Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas dua bagian, yaitu Pengetahuan akan Allah dan akan manusia.(1) Pengetahuan akan Allah diperoleh dari Perjanjian Lama dan Per­janjian Baru, dan tugas pendidikan bagian ini ada pada gereja.(2) Sasaran pen­didik­an Kristen adalah mengajar seorang untuk dapat hidup berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai Kristiani. (6). Karena Allah adalah dasar pengetahuan, dan kemampuan mengenal Allah adalah hal batiniah(7), maka kelihatannya Calvin tidak mau terlalu membe­da­kan antara pengetahuan dan kepercayaan. Bagi Calvin,  dalam bukunya Institutes, “… orang yang tak beriman membawa kematian bagi seluruh Firman Allah.”(8) Setiap kesalahan pengertian terhadap kebenaran selalu merupakan akibat langsung dari dosa (berpaling dari Allah), atau dari tidak mengenal Allah sama sekali. Kebenaran akan pengetahuan-diri dan pengetahuan akan Allah hanya bisa tiba pada kita melalui kepercayaan kita akan Allah.(9)
3. Teori Natur Manusia
Dasar Teologi Reformed dari Calvin melihat manusia sepenuhnya sebagai makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh dan berdosa. Pengampunan dosa hanya bisa diperoleh melalui pengorbanan dan kematian Kristus, Anak Allah, dan totalitas kepercayaan akan kemampuan Kristus untuk mengampuni dosa kita. Bertolak belakang dengan pengertian populer, Doktrin pemilihan Calvin menafsirkan kematian Kristus sebagai pengorbanan bagi semua manusia. Jaminan pemilihan bagi Calvin adalah dibuktikan melalui iman di dalam Kristus.(10) Akibatnya, iman di dalam Kristus memungkinkan pengetahuan akan diri dan pengertian serta penghargaan terhadap dunia.(11)




4. Teori Pembelajaran
Pelatihan pendidikan Calvin sendiri sangatlah berdasarkan pada pemikiran humanisme. Ia sangat menekankan pelatihan akan seni liberal, bahkan melampaui belajar hukum dan medis.(12) Calvin meletakkan posisi sangat penting bagi pen­didikan, yang harus dimulai sejak usia dini, agar tidak “menjadikan gereja sebagai Padang gurun bagi anak-anak kita.” Ia menata ulang Sekolah-Sekolah Dasar yang ada di Jenewa, menekankan sikap disiplin, kemurnian dan keseriusan. Kuri­kulum­nya sangat mirip dengan pemikiran Renaissance. Kurikulum ini meliputi juga pelatihan tata bahasa dan kosa kata bahasa Latin, yang juga setara dengan pendidikan fisik. Mazmur dinyanyikan dalam bahasa Perancis setiap hari satu jam lamanya. Calvin menghendaki dengan keras tuntutan bahwa pimpinan sekolah harus memiliki “kepribadian yang murah hati, lepas dari segala bentuk kekasaran dan kekejaman (un esprit débonnaire).”(14)
5. Teori Transmisi (Pengalihan)
Calvin telah mengerjakan teori pemerintahan. Ia memisahkan gereja ke dalam empat jabatan: pendeta; doktor atau pengajar; majelis atau penatua; dan diaken. Pengajar (guru) secara khusus bertugas di sekolah-sekolah dan pelayan bertugas di Sekolah Minggu. Ia melihat bahwa fungsi utama gereja adalah untuk mengajar.(15) Pengetahuan yang mendalam tentang suatu topik didapatkan melalui pengulangan, seperti nyanyian Mazmur yang dilakukan setiap hari. Calvin juga sangat memperhatikan pengajaran dan khotbah eksposisi yang menyatu dengan proses belajar mengajar.(16)
6. Teori Masyarakat
Calvin meletakkan masyarakat sepenuhnya di bawah kedaulatan Allah. Bagi Calvin, Allah seharusnya menjadi presiden dan hakim di semua pemilihan kita.(17) Namun Calvin tidak menafsirkan negara sebagai Kerajaan Allah, melainkan lebih merupakan suatu kesempatan bagi pemerintahan yang baik dan tempat menolong sesama manusia. Ia percaya bahwa negara seharusnya mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk gereja. Di dalam pemerintahan yang ia tegakkan di Jenewa, para Master (magistrates) harus menafsirkan hukum Calvin menerima hukum pemerintahan Romawi bagi wilayah sekuler.
.









Referensi
(1) Calvin, John, Institutes for the Christian Religion :Book First, Chapter I, Section 1







EmoticonEmoticon