JAKARTA, Mizan - Sinergitas antara pemerintah, lembaga dan kalangan dunia usaha, serta institusi pendidikan diperlukan dalam mendukung akses yang lebih terbuka untuk mengenyam pendidikan di berbagai level, hingga pendidikan tinggi. Hal itu mengemuka dalam Lokakarya "Peran Dunia Usaha, Pemerintah Daerah dan Lembaga non Pemerintah dalam Pendidikan Tinggi", yang diadakan Universitas Esa Unggul (UEU), di Kampus UEU, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (8/12/2011).
Lokakarya ini menghadirkan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri yang mengoordinasi Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Yayasan Beasiswa DKI Jakarta, PT Pertamina, PT Bank Mandiri, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UEU.
Bisa diformulasikan bagaimana ada sebuah program beasiswa yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, perusahaan, dan universitas
-- Wakil Rektor UEU Holiq Raus
"Dibutuhkan kerja sama agar apa yang diharapkan dapat sukses. Bukan hanya pemerataan, tetapi juga membuka akses untuk semua orang, yang berkualitas punya akses yang baik untuk mengenyam pendidikan tinggi. Bisa diformulasikan bagaimana ada sebuah program beasiswa yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, perusahaan, dan universitas," kata Wakil Rektor UEU Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Ir Holiq Raus.
Salah satu terobosan yang bisa dilakukan adalah mengadakan program yang berkesinambungan dan melibatkan seluruh stakeholders.
"Misalnya, dari SMA mendapatkan beasiswa dari Yayasan Beasiswa Jakarta, kemudian kuliah di sini dibiayai CSR Pertamina. Sembari kuliah, untuk bekal setelah kuliah ikut program Wirausaha Mandiri dr Bank Mandiri," katanya.
Holiq mengungkapkan, pihaknya selama ini telah memberikan sejumlah beasiswa kepada mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Akan tetapi, ada sejumlah hambatan yang dihadapi saat sang mahasiswa sudah menduduki bangku kuliah. Salah satunya adalah persoalan adaptasi.
"Mungkin perlu ada skema lain yang untuk persiapan mereka beradaptasi. Komponen beasiswa harus diperbaiki. Yang kami temukan, semangat belajar ada, tetapi untuk membuat mereka (mahasiswa) rajin belajar agar sukses, ini perlu upaya lain," paparnya.
Namun, lanjut Holiq, peran yang sudah dilakukan pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang melakukan corporate social responsibility (CSR) tidak dapat dinafikan. Menurutnya, hal yang tak kalah penting adalah adanya aksi proaktif dari institusi pendidikan tinggi untuk melakukan berbagai terobosan untuk membantu pengembangan dunia pendidikan agar tak hanya berfokus pada pendidikannya saja, tetapi juga pengabdian.
"Kami di UEU sudah mengadakan berbagai program untuk membantu masyarakat seperti pendidikan bahasa Inggris, pemberian beasiswa. Tetapi, selama ini masih berjalan sendiri. Makanya, saat ini universitas juga harus mulai proaktif untuk merangkul kalangan dunia usaha. Ayo apa yang bisa dilakukan untuk membuka akses pendidikan untuk semua. Yang sudah kami lakukan sekarang misalnya memberikan beasiswa bagi anak guru, siswa berprestasi, dan lain-lain. Mereka bisa kuliah di sini gratis, tapi kan butuh living cost dan kebutuhan lainnya, terutama yang berasal dari daerah," ujar Holiq.
Program Beasiswa Esa Unggul yang saat ini berjalan diberikan bagi siswa berprestasi, anak guru SMA/K, masyarakat Indonesia Bagian Timur, Community Development, dan calon mahasiswa dengan keterbatasan finansial.
Penelitian dan pengabdian masyarakat
Selain program beasiswa, bentuk sinergitas lain yang bisa dilakukan adalah pengembangan dunia akademis melalui penelitian dan pengabdian masyarakat. UEU sendiri, melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), telah menempatkan sejumlah isu strategis, diantaranya mengenai pengentasan kemiskinan, masalah kualitas kesehatan, lemahnya pengembangan industri kreatif, merosotnya kualitas pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi, masalah kualitas pembangunan infrastruktur, dan persoalan pembangunan kualitas SDM.
"Kalangan akademisi, kampus, bisa menyumbangkan tenaga, pikiran, dan intelektualisnya. Tetapi kita butuh difasilitasi. Sinergi, itu yang harus dilakukan," kata Holiq.
Sementara itu, Susi, yang menangani CSR Pertamina mengungkapkan, pihaknya juga memiliki tujuan yang sama yaitu mencerdaskan. Berbagai program yang diselenggarakan sebagai bagian dari CSR Pertamina memberikan dukungan bagi program yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Akan tetapi, bantuan yang diberikan tidak diberikan dalam bentuk dana segar.
"Kami memberikannya dalam bentuk barang yang mendukung program, pelatihan, dan lain-lain. Tidak dalam bentuk uang, karena kami bukan sponsorship," kata Susi.
Selain itu, ada pertanggungjawaban yang jelas atas bantuan yang diterima. Akan dilakukan pemantauan atas kesuksesan program atau peningkatan prestasi dari pihak yang menerima bantuan.
"Bantuan juga diberikan melalui institusi, tidak individu, sehingga jelas kami meminta pertanggungjawabannya ke siapa," jelasnya.`
EmoticonEmoticon