Jumat, 01 April 2016

“Antara KOPI, ROKOK, dan OCEHANMU” Cerpen

Mizan Musthofa
Hiruk pikuk kota metropolitan seakan tidak pernah berhenti. Kota yang jumlah penduduknya cukup besar ini membuat para penguasa dan juga pengusaha selalu mengintip dari balik jendela untuk dapat menanamkan saham, investasi dan sebagainya di kota ini. Jalanan yang semakin macet membuat sesak dada ini, pohon-pohon pun sudah mulai hilang berganti dengan batu-bata yang menjulang tinggi. Yah beginilah kota kami yang konon katanya punya cita-cita madani. Jika malam tiba banyak gerombolan anak muda, yang menghabiskan malamnya di pinggir jalan sambil menikmati keindahan kota, ada pula yang duduk diskusi atau hanya sekedar bercerita ria, dan tidak sedikit yang bercinta membuat butir-butir dosa. Tapi entahlah semua itu bagian dari dinamika kota. Mungkin...!
Persimpangan jalan begitu ramai kendaraan melintas ke sana-kemari, sekelompok anak muda sedang bercerita sambil tertawa seolah-olah mereka tahu apa masalah negara, dan ingin coba ikut membangun bangsa, namun apa boleh dikata cerita itu banyak yang hanya jadi wacana belaka. Tetapi ada yang khas dari dari mereka yaitu aroma nikmat minuman pahit yang sudah terkenal seluruh dunia dan gulungan tembakau yang membuat mereka tidak bakal kehabisa cerita tentang bangsanya.
Iya “KOPI” begitulah orang menyebutnya, dengan segelas kopi dan sebatang gulungan tembakau itu, mereka tidak pernah kehabisan cerita inspirasi serta imajinasi untuk dunia. Namun ada yang berbeda tentang kopi di kota ini, kopi yang begitu pahit terasa tanpa gula jika kami meneguknya lekat dilidah pahitnya kopi ini tidak hilang dalam dua hari. Yaitu kopi Bang Kadir.
Betul !! Bang Kadir adalah senior kami, beliau adalah salah satu orang yang selalu konsisten dengan sikapnya, susah sekali menemui orang seperti bang Kadir di zaman sekarang ini, apalagi di kota yang Hedonism ini. Mungkin satu-satunya orang idealis diantara banyaknya tokoh yang pragmatis. Iya bang Kadir sapaan akrabnya selalu memberikan kami motivasi, wejangan, agar kami tetap menjadi manusia yang baik diantara yang baik.
Pada suatu saat saya dan beberapa teman saya pergi silaturahim di rumah bang kadir, malam itu jam menunjukkan pukul 23:00 kami pun tiba di rumahnya, ketika pintu dibuka sudah terasa semerbak harumnya kopi hangat khas Bang kadir. Sambil kuacungkan tangan untuk memberikan salam pada bang Kadir, beliau bertanya “apa kabar Bung” bang kadir selalu memanggil kami dengan sapaan bung, kalau tidak bung biasanya diganti dengan kata “Boss”. Dengan tersenyum saya menjawab “alhamdulillah baik selalu bang”. Sambil duduk dan menyeruput segelas kopinya, serta menghidupkan sebatang rokok Bang Kadir mulai bercerita. Hai.. bung ini zaman sudah bener-bener gila, kita sudah tidak lagi tau mana yang benar-dan mana yang salah, tak tau mana kawan dan mana lawan, gila gak itu!! Coba bayangkan dulu, dia (menyebutkan salah satu pejabat negeri ini) dulu abang-abang sama saya, sekarang saya ditikamnya dari belakang memang bener-bener gila itu orang. Giliran dia punya masalah awak yang dipanggil, tapi.. giliran bagi-bagi duit awak tak dipanggilnya, tapi gak apa bung itu duit haram bung. Kalau pun dipanggil saya gak juga mau bung!!.  
Sambil mengepulkan asap dari mulutya bang Kadir menlanjutkan cerita, Pilkada (pemilihan kepala daerah) nanti ini bung, banyak yang akan mencalonkan diri dari golongan antu (hantu, dedemit atau sejenisnya). Apa enggak antu bung si A itu apa yang selama ini diperbuat untuk negeri ini? Yang ada hanya membuat masyarakatnya miskin, sedangkan si B itu antu laut bung kerjaannya hanya perempuan saja, disini ditnggalkannya perempuan, disana juga ditinggalkannya perempuan. Dalam cerita tersebut saya coba mengomentari “kenapa tidak abang aja yang maju? Kami yakin abang masih peduli dengan daerah ini? Dan pastinya abang tiidak seperti mereka yang abang sebutkan tadi”. Bukan begitu bung saya ini kalah dengan duit mereka. Udahlah  tugas kalian sekarang itu baca buku sebanyak-banyaknya supaya kalian tidak tersesat seperti mereka, Bang Kadir mencoba menasehati kami. Kalian mau jadi hantu apa, kalau kalian ikuti mereka? Haha.
Disela-sela tawa Bang Kadir, salah satu di antara kami bertanya “Bang, kira-kira siapa yang baik diantara mereka itu, Bang?” hei bung kamu pernah lihat hantu nggak? Ada yang baik gak hantu itu, mana ada yang baik hantu itu, timpal Bang Kadir, jika kamu masih bertanya mana yang baik diantara hantu-hantu itu, sesat kamu ini, hehe. Sambung teman saya “tapi bang setidaknya ada bisa dipilihlah bang? “Tidak ada,” spontan bang kadir.
Tanpa terasa jam dinding pun menunjukkan pukul 03:00 dini hari, rasa ngantuk pun mulai tiba, Kopi pahit ala bang kadir seakan tak mampu membendung rasa kantuk ini, dan kami pun cukupkan sampai disini cerita malam itu, saya bersama teman-teman meminta izin untuk pulang ke kos masing-masing. Malam itu kami mendapatkan pesan sederhana sekali dari bang kadir yakni belajar dengan baik agar tidak tersesat dan membaca buku sebanyak-banyaknya.
Hari demi hari saya lewati dengan mencoba membuka lembar demi lembar buku untuk dibaca sesuai dengan pesan Bang Kadir tempo hari. Sebagai mahasiswa tentunya diskusi menjadi bagian dari aktifitas mahasiswa dengan sedikit memotifasi teman-teman yang lain untuk kembali ke buku. Hingga sampai saat ini saya masih mengingat pesan Bang Kadir untuki terus membaca, saya yakin tidak akan rugi jika kita meluangkan waktu untuk membaca, yang pastinya akan bermanfaat bagi diri kitq dan orang lain. Karena membaca adalah membuka jendela dunia. Begitulah kata-kata motivasi para tokoh dunia.
Itu sebabnya bang kadir tidak pernah lupa dengan kopi dan rokok yang selalu menjadi teman beliau dalam memberi ocehan pada juniornya. Hingga aku harus ikut menjadi penikmat kopi (ketika otak perlu inspirasi). Bagi ku kopi dan buku adalah teman sejati yang selalu menjadi penghangat sekaligus penyemangat hidup ini. Jika para pemuda dan mahasiswa lainnya sibuk waktunya dengan pacar dan kampusnya maka saya sibuk dengan kopi rokok dan beberapa buku-buku sebagai teman sejati. Bahkan jika bertemu dengan teman-teman hal yang paling ditanyakan pertama adalah kopi, sebagai bentuk kopi adalah bagian dari inspirasi.
Begitulah cara Bang Kadir mengajari hidup kami lewat kopi dan rokoknya, rasa pahit kopi bagian dari proses realita kehidupan ini yang selamanya tidak akan manis, dan asap rokok yang selalu mengepul diudara menjadikan Bang Kadir sebagai inspirasi bagi sesama. Setidaknya berawal dari Kopi dan rokok menjadi inspirasi hidup ini, bukan karena rasa pahitnya dan juga hitam lekatnya kopi tapi, tapi proses percampuran semuanya yang menjadi kita lebbih berarti. Bukan pula karena nikotin yang membuat kita alergi, tapi kebersamaan yang menjadikan kita peduli dan terus belajar diskusi memecahkan persoalan negeri ini.

Sekian.  

1 comments


EmoticonEmoticon